TRIBUNBANYUMAS.COM, REMBANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang mencatat, terjadi 325 kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari-awal Desember 2024.
Dari jumlah tersebut, sembilan pasien di antaranya meninggal dunia.
Dinkes Rembang pun mengajak masyarakat meningkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah DBD, apalagi di musim penghujan seperti sekarang ini.
"Penyakit DBD kebanyakan menyerang anak usia 5-15 tahun."
"Dari 325 kasus DBD yang tercatat sejak Januari hingga Desember 2024, sembilan pasien di antaranya dinyatakan meninggal," ujar dokter Jhon Budi, petugas Dinkes Rembang, Jumat (13/12/2024).
Kasus Terbanyak di Puskesmas Pancur
Menurutnya, pola peningkatan kasus DBD cenderung mengikuti musim hujan.
"Ini gara-gara perilaku atau kebiasaan. Sebenarnya, trennya seperti ini saja, Januari kasus DBD meningkat karena musim hujan, nanti bulan April-Mei turun."
"Agustus naik lagi karena memasuki musim hujan. Polanya sudah jelas," ungkapnya.
Baca juga: Terjadi Lonjakan Kasus DBD pada Anak di Rembang, RSUD Soetrasno Siapkan Ruangan Khusus Perawatan
Dari data yang disampaikan, wilayah dengan kasus DBD terbanyak adalah Puskesmas Pancur dengan 82 kasus, diikuti Puskesmas Sale 47 kasus, Puskesmas Sumber 30 kasus, dan Puskesmas Sarang 1 dengan 27 kasus.
Sementara itu, wilayah dengan kasus paling sedikit adalah Puskesmas Sarang 2 dengan dua kasus, Puskesmas Sluke tiga kasus, dan Puskesmas Rembang 1 juga tiga kasus.
Kasus di Lasem Turun
Jhon Budi menyoroti penurunan kasus yang signifikan di wilayah Puskesmas Lasem, dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Menurutnya, penurunan ini merupakan hasil dari Program PSN 3 Plus yang dilaksanakan melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
Di dalam keluarga ditunjuk 1 orang sebagai penanggung jawab untuk memantau jentik di rumah masing-masing.
Baca juga: Memasuki Akhir Tahun, Warga dan Nelayan di Rembang Diminta Waspada Rob hingga Gelombang Tinggi
Serta, kader pemantau jentik desa memantau hasilnya dan melaporkan ke puskesmas untuk dilakukan evaluasi.
"Yang mengalami perubahan bagus sekali itu Lasem. Tiga tahun lalu, Lasem itu kasus DBD-nya luar biasa banyak. Tapi, hanya dengan menggerakkan masyarakat, tahun ini angka kasusnya bisa ditekan luar biasa. Kasusnya sedikit (15 kasus)," jelasnya.
Meski demikian, angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Rembang baru mencapai 72 persen, jauh dari target 95 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa peran masyarakat dalam menanggulangi penyakit DBD masih perlu ditingkatkan. (*)