"Mungkin, sebagian iya (rekayasa), misal ada tawuran tetapi tidak sebesar itu," terangnya.
Sejauh ini, keluarga belum mengetahui penyebab GRO ditembak polisi.
Menurut Subambang, kejadian sebenarnya bisa diulik lewat jejak digital di handphone korban.
Namun, dia khawatir, handphone GRO masih ada di meja polisi.
Keluarga takut nantinya ada penghilangan barang bukti.
"Seandainya HP bisa kami dapatkan, bisa dilakukan untuk mengungkap fakta sebetulnya," katanya.
Ayah kandung GRO, Andi Prabowo (44) membenarkan, sejumlah barang milik putranya belum dikembalikan polisi ke keluarga.
"Jadi, tas, dompet, handphone, motor, belum dikembalikan," terangnya.
Diundang RDP Lewat Zoom
Sementara itu, keluarga GRO menyayangkan tak ikut dihadirkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI dengan polisi terkait kasus polisi tembak siswa SMK di Semarangg.
Subambang mengatakan, keluarga sempat dijanjikan mengikuti RDP secara daring lewat tautan Zoom.
Namun, rasa sumringah berakhir kecele saat link tersebut ternyata tidak bisa diakses.
Keluarga semakin kecewa ketika mendengar penjelasan Kapolrestabes Kombes Irwan Anwar dalam RDP, lebih menekankan kasus tawuran daripada penembakan.
Subambang mengatakan, pihaknya belum mendapat penjelasan gamblang dari DPR RI terkait pembatalan keluarga terlibat dalam RDP.
"Berarti, DPR itu bohong, kami terus terang kecewa," katanya.
Subambang merinci, sempat menyurati Komisi III DPR RI untuk meminta surat permohonan RDP ke DPR.