"Saya memiliki angan-angan pengurangan resiko bencana yang responsif gender ini bisa disajikan di forum-forum PBB yang lebih besar dan didengar. Karena sebetulnya sudah banyak forum tetapi kurang membahas itu," ungkapnya.
Rini bertekad, gelar kegurubesarannya harus memberikan manfaat untuk masyarakat banyak, tidak sekadar hanya di belakang meja.
Baca juga: Terseret Banjir, Pekerja Proyek Bendungan Jragung Semarang Ditemukan Tewas
Tetapi tantangannya juga adalah perlu semangat dan kegigihan dari masyarakat terdampak.
Ia mencontohkan pada 2014-2021, memiliki desa binaan di Sayung, Kabupaten Demak.
Satu desa dari yang semula ada rumah menjadi hilang tenggelam selama kurun waktu 10 tahun.
Tetapi di desa tetangganya tidak tenggelam karena menanam mangrove sehingga air rob tidak masuk.
"Nah ini tantangan kita, masyarakat itu juga tidak mudah diberikan pendekatan, pemahaman dan kadang-kadang inginnya instan.
Padahal jika ingin hutan mangrove sebagai pertahanan alami itu tidak bisa 1 sampai 2 tahun. Hasilnya 10 tahun baru kelihatan, 15 tahun baru jadi," ungkapnya. (fba)