Para mahasiswa baru yang sudah terlanjur memberikan data khawatir data tersebut disalah gunakan.
Mereka meminta Dema, selaku panitia PBAK, bertanggung jawab.
"Saya minta tolong, mas Ketua DEMA jangan suka maksa-maksa kayak gitu," ujar salah satu mahasiswa baru, D, kepada TribunSolo.com.
Selain itu, ia juga meminta agar data mahasiswa yang sudah mendaftar bisa dihapus demi menjaga ranah privat.
"Data saya dan teman-teman maba, kalau bisa, bagaimana caranya, harus dihapuskan (dari Aplikasi), takutnya dijadikan bahan tidak-tidak," ucapnya.
Baca juga: Wow, Akumulasi Utang Warga DKI Jakarta di Pinjol Tembus Rp10,35 Triliun. Hampir Dua Kali APBD Yogya
Sebelumnya, D juga dipaksa mendaftar aplikasi pinjol saat masa pembekalan PBAK hari pertama di sesi kedua.
Ia dipaksa mendaftarkan atau registrasi membuka akun di tiga aplikasi yang menjadi sponsor PBAK.
Ia sempat berusaha mengelak dengan kembali mempertanyakan tak ada kewajiban dirinya untuk mendaftar tiga aplikasi tersebut.
"Saya ngelak, buat apa regis-regis (registrasi) kayak gitu (aplikasi)? Wong ya orangtua saya masih bisa nyukupin kebutuhan saya di sini," jelasnya.
Saat ia mengucapkan hal tersebut, salah satu sales lalu menghampiri.
"Salesnya itu menghampiri saya, malah HP saya diambil paksa sama dia (sales)," ucap mahasiswa tersebut.
D sebelumnya juga sudah memberikan alasan kalau penyimpanan HP-nya sudah penuh.
Ketika waktu sudah menunjukkan waktu salat, D tidak diperbolehkan pergi.
"Harus regis dulu (sebelum pergi)," paparnya.
Beberapa data diri yang diminta saat registrasi sendiri di antaranya meminta foto KTP dan selfie menggunakan KTP.