Tambang Emas Ilegal Longsor

Camera Hole Diterjunkan untuk Lihat Visibility di Lubang Tambang Emas Ilegal Banyumas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim dari ESDM Provinsi Jawa Tengah ikut dilibatkan dengan mengerahkan alat bernama Camera Hole yang berfungsi melihat lebih detail kondisi lubang tambang, Kamis (27/7/2023).

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Tim dari ESDM Provinsi Jawa Tengah ikut dilibatkan dengan mengerahkan alat bernama camera hole yang berfungsi melihat lebih detail kondisi lubang tambang, Kamis (27/7/2023).

Plt Kepala Dinas ESDM Provinsi Jateng, Boedi Dharmawan mengatakan camera hole akan dapat melihat secara jelas kondisi di dalam lubang tambang.

"Camera hole ini ada titik kamera samping dan kamera di bagian bawah untuk memastikan kondisi persis sumur tambang."

"Sehingga kita tidak hanya mengira-ira menggunakan sket interpretasi," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com.

Baca juga: Proses Evakuasi Penambang Emas di Ajibarang Banyumas Terkendala Medan, Lubang hanya Cukup Satu Badan

Baca juga: Cerita Kades Pancurendang Tak Berani Keras Larang Tambang Emas Ilegal: Nadi Ekonomi Rakyat

Baca juga: Lebih dari 12 Jam Penambang Terjebak Air, Berapa Dalam Lubang Tambang Emas di Pancurendang Banyumas?

Hasil penglihatan dari camera hole nantinya akan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk langkah selanjutnya.

"Hasilnya nanti akan didiskusikan dan Danlanal bersama unsur lainnya bagaimana langkah selanjutnya."

"Pihaknya mengatakan titik air berada di kedalaman 11.1 meter dibawah permukaan tanah."

"Kamera ketika sudah memasuki air sudah mulai kurang jelas.

Diduga pemompaan masih berlangsung sehingga kurang jernih.

Kita akan matikan pompa 5 menit agar lebih jernih sehingga pandangan kamera lebih maksimal," terangnya.

Sebelumnya sempat diberitakan lokasi kejadian 8 pekerja tambang yang terjebak berada di Grumbul Tajur RT 5/RW 3, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

Kronologi kejadian bermula pada Selasa (25/7/2023) pukul 22.00 WIB terjadi rembesan air sungai menjebol dinding galian tambang yang didalamnya terdapat 8 orang yang sedang bekerja.

Pekerja tambang yang berada di permukaan tanah terlambat menginformasikan ke dalam, sehingga 8 orang pekerja terjebak dan tenggelam dalam genangan air di dalam tambang.

8 orang korban tersebut sampai saat ini belum berhasil dievakuasi dan diperkirakan sudah meninggal dunia.

Seluruh lubang tambang yang ada sudah penuh dengan air.

Sampai saat ini sedang diupayakan memompa keluar air dari dalam tambang dan menutup kebocoran air dari Sungai Datar dengan Kandi.

Berikut ini adalah 8 orang korban pekerja tambang tersebut adalah sebagai berikut:

  • 1. Cecep Suriyana (29) asal Desa Cisarua Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 2. Rama Abdur Rohman (38) asal Desa Cisarua Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.
  • 3. Ajat (29) asal Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 4. Mad Kholis (32) asal Desa Kiarapandak Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 5. Marmumin (32) asal Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 6. Muhidin (44) asal Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 7. Jumadi (33) asal Desa Cisarua Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.
  • 8. Serta Mulyadi (40) asal Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor.

Unsur yang terlibat Polresta Banyumas, Kodim 0701 Banyumas, Korem Wijaya Kusumas, BPBD, Lanal Cilacap, Basarnas, UPT Damkar, Linmas Kab. Banyumas, Camat Ajibarang. Kades Pancurendang.

Terkendala medan, lubang hanya cukup sebadan

Tim SAR gabungan masih terus melakukan upaya evakuasi terhadap delapan pekerja tambang emas di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Kamis (27/7/2023).

Kepala Basarnas Cilacap Adah Sudarsa mengungkapkan, proses evakuasi mengalami kendala, di antaranya terkait kedalaman tambang yang mencapai 60 meter dan lebar lubang tambang sekitar 90 centimeter yang hanya muat untuk satu badan.

Selain itu, kondisi lubang tambang yang bercabang juga menyulitkan proses evakuasi.

"Kendalanya karena kondisi kedalaman dari tambang-tambang itu kan sampai 60 meter dengan lebar secukup badan sekitar 90 centimeter."

"Kemudian, lubang tidak vertikal bercabang kemana-mana," tuturnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis.

Adah menyebut, saat ini, kondisi kedalaman lubang yang terisi air sekitar 40-45 meter.

Dikatakan Adah bahwa tim SAR gabungan juga telah melakukan pengeringan di lokasi lubang menggunakan alkon berkapasitas besar.

"Sejak semalam, pukul setengah 3 sampai pagi hari, sudah sekitar 2 meter surut," kata Adah.

Meski terkendala beberapa hal, tim SAR gabungan terus memaksimalkan pencarian.

Mereka juga berkoordinasi dengan semua unsur, baik TNI, Polri, yang hadir di lapangan.

"Kami akan lakukan yang terbaik, mudah-mudahan korban bisa diselamatkan."

"Makanya, saat ini, kami berkoordinasi dengan tim SAR gabungan, semua unsur TNI, Polri, hadir disini," imbuhnya.

Kisah 'Si Raja Tikus'

Ada Si Raja Tikus dalam penambangan tradisional di Grumbul Tajur RT 5 RW 3, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

Sebutan Si Raja Tikus diberikan kepada pekerja tambang yang punya keberanian luar biasa karena yang paling diandalkan saat mencari urat-urat emas.

Urat-urat emas adalah istilah yang digunakan sebagai penanda adanya jalur sumber emas yang akan digali.

"Raja tikus itu yang mencari urat-urat emas, mengebor yang biasanya kondisinya sangat sempit."

"Sementara pekerja lain biasanya yang di belakang akan mengikuti dan membawa hasil pengeboran."

"Si Raja Tikus itu sangat punya nyali, kadang dia cuma miring, merayap, pakai bor kecil. Dan itu risiko sangat tinggi," ungkapnya.

Namun ternyata pada faktanya Si Raja Tikus itu tidak ada yang warga asli Pancurendang atau warga Banyumas.

Si Raja Tikus biasanya adalah penambang dari luat wilayah dan kebanyakan dari Jawa Barat.

"Warga sini tidak ada yang berani. Cuma kita tahu seluk beluk tanah di sini."

"Dulu pernah ada kejadian dua penambang meninggal pada 2017-an tapi bukan karena terendam air tapi jatuh dari trap atau tergelincir," jelasnya.

Baik Nino (40), Agus (40) dan Darkim (45) menceritakan bahwa mereka juga berharap agar penambangan ini berizin atau legal.

"Kepengennya resmi dan memang dari koperasi sudah mengajukan tapi belum ada kejelasan sampai saat ini," katanya.

Sumber emas itu diketahui pertama kali ditemukan dari Sungai Tajur.

Semenjak ditemukan ada sumber emas itu mulailah ada aktifitas penambangan.

Sistem uang yang didapat penambang juga berbeda-beda tergantung masing-masing pemilik tambang.

"Kita pekerja ada yang bawa materialnya sendiri kemudian diayak sendiri."

"Tapi ada juga yang terima bersih atau terima uang."

"Biasanya kalau mengayak sendiri bisa empat jam," terangnya.

Jadi ada yang mengayak sendiri yang pakai bahan mercuri dan mixer.

Nino dan kawan-kawannya bercerita bila kondisi masing-masing lubang berbeda-beda.

Ada lubang yang bahkan luasnya seperti parkir mobil dan ada juga yang berongga-rongga seperti obat nyamuk bakar.

Jalur dan bentuk lobang tergantung bagaimana Si Raja Tikus menemukan urat-urat jalur emas.

Nino dan kawan-kawannya mengaku belum tahu kalau tambang itu harus ditutup.

Karena warga juga sangat bergantung pada sektor pertambangan.

"Kalau harus jadi tani penghasilannya jauh. Jadi lebih prospek menambang," tambahnya. (jti)

Berita Terkini