"Kami berencana memelihara 1.000 ekor sapi super dalam dua hingga tiga tahun. Ini akan memberikan dukungan utama dalam menciptakan sapi jantan dan sapi perah kita sendiri, sehingga mengurangi ketergantungan China pada impor sapi," katanya.
Baca juga: Kasus Omicron di China Melonjak, OCA Umumkan Penundaan Asian Games 2022
Mengutip Global Times, laporan media mencatat bahwa China sebagian besar bergantung pada impor sapi perah untuk memenuhi permintaan susu dan keju yang meningkat.
Jin mengatakan kepada Global Times bahwa percobaan mereka menghasilkan 120 embrio kloning, 42 persen di antaranya ditanamkan ke sapi pengganti.
Pada hari ke 200, sekitar 18 persen masih dalam kondisi subur.
"Kami membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk membangun kawanan yang terdiri dari lebih dari 1.000 sapi super, sebagai dasar yang kuat untuk mengatasi ketergantungan China pada sapi perah luar negeri," kata Jin.
The Straits Times memberitakan, setelah berita tentang sapi hasil kloning tersiar, banyak netizen yang bertanya-tanya apakah aman untuk meminum susunya.
Pada tahun 2008, Food and Drug Administration di AS mengatakan, daging dan susu dari klon sama amannya dengan hewan yang dibiakkan secara konvensional.
Wang Bingke, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam kloning sapi, mengatakan bahwa susunya sama dengan yang dihasilkan oleh sapi asli.
"Tidak ada penyuntingan gen dalam prosesnya sehingga sapi hasil kloning sama seperti hewan aslinya sehingga nilai gizi susunya sama," ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah membuat kemajuan besar dalam kloning hewan.
Prestasi penting termasuk monyet hasil kloning pertama di dunia pada tahun 2017 dan serigala Arktik hasil kloning pertama di dunia pada tahun 2022. (*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Wow! Ilmuwan China Berhasil Mengkloning 3 Sapi Super".