TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kota Semarang bakal memiliki tempat krematorium tersendiri.
Rencananya, Pemkot Semarang bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang bakal membangun krematorium pada 2022.
Baca juga: Kecelakaan Kerja di Semarang - Buruh Bangunan Tewas Tersengat Listrik, Terpental dari Lantai 2
Baca juga: Selebgram TE Dijual Muncikari Rp 25 Juta di Kota Semarang, Layani Pelanggan Kalangan Atas
Baca juga: Sudah Dirilis! Berikut Isi Lengkap Instruksi Wali Kota Semarang Kaitan Natal dan Tahun Baru
Baca juga: Vaksinasi Covid Anak 6-11 di Kota Semarang Dimulai Selasa, Ini Saran Dinkes saat Terjadi KIPI
Ketua PHDI Kota Semarang, I Nengah Wirta Dharmayana mengatakan, selama ini belum ada tempat kremasi umat Hindu di Kota Semarang.
Jika ada umat Hindu yang meninggal dibawa ke Bali untuk dikremasi.
Padahal, jumlah umat Hindu di Semarang ada sekira 10.537 jiwa.
"Pada 2019, kami sempat sampaikan rencana pembangunan krematorium ke Wali Kota Semarang."
"Beliau pun menyambut baik," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (21/12/2021).
Dia meminta lahan krematorium disediakan Pemkot Semarang.
Kemudian, Pemkot Semarang memberikan lahan di area TPU Kedungmundu 3, tepatnya di belakang krematorium yang ada saat ini.
Pembangunan rencananya akan mulai pada 2022.
Pihaknya telah bertemu dengan pihak Disperkim, Bagian Hukum Setda, Distaru, dan Inspektorat Kota Semarang, terkait pembangunan krematorium itu.
"Kami bangun tentunya secara bertahap dari bantuan umat Hindu."
"Kalau selesai dibangun, bangunannya semua selesai akan dihibahkan ke Pemkot Semarang serta dikelola bersama," katanya.
Menurutnya, estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan krematorium di angkat Rp 2,5 miliar hingga Rp 3 miliar.
Pembangunan meliputi ruang kremasi, ruang prajipati, balai wantilan atau ruang terbuka, misalnya pendopo.
Balai wantilan untuk menyemayamkan jenazah terlebih dahulu sebelum dikremasi.
"Pendopo itu manfaatnya bagi umat Hindu, ada yang meninggal tidak harus langsung dikreamasi, tapi menyiapkan sarana prasarana."
"Biasanya diberi waktu selama dua sampai tiga hari."
"Jenazah bisa disemayamkan terlebih dahulu di balai wantilan."
"Kemudian, saat pelaksanaan kremasi para pelayat dapat berteduh di situ," terangnya.
Sedangkan ruang prajipati, sambung Nengah, digunakan untuk laporan kepada alam semesta untuk melakukan pembakaran jenazah.
Disamping itu, juga disediakan lahan untuk pemakaman.
Pasalnya, ada jenazah umat Hindu yang tidak dibakar.
"Misalnya, anak yang belum lepas gigi bayi, seperti disebabkan ada mis kram."
"Ini tidak bisa dibakar sehingga harus dikubur sementara di sana."
"Sampai dengan waktunya biasanya sebelum upacara ngaben."
"Luasan 5 x 5 meter," bebernya.
Dia berharap, area pemakaman umat Hindu juga bisa sebagai wahana edukasi upacara ngaben yang nantinya bisa dijadikan objek wisata baru.
Pihaknya berterima kasih kepada Pemkot Semarang yang telah memperhatikan warga Hindu.
Sementara itu, Kabid Pertamanan dan Pemakaman Disperkim Kota Semarang, Murni Ediati mengatakan, lahan Pemkot Semarang yang akan digunakan untuk krematorium seluas sekira 3.800 meter persegi.
"Alhamdulillah Pemkot Semarang bakal punya krematorium sendiri sekaligus dikonsep menjadi destinasi wisata edukasi," ucap Pipie, sapaannya. (*)
Baca juga: Buruan Daftar! PMI Tegal Buka Layanan Vaksinasi Covid Pukul 15.00-20.00 WIB, Ini Syaratnya
Baca juga: Wali Kota Tegal Izinkan Warga Rayakan Natal dan Tahun Baru secara Meriah, Asal . . .
Baca juga: Cinta Ditolak, Pemuda asal Pemalang Panjat Tower 70 Meter Tengah Malam di Mrebet Purbalingga
Baca juga: Rambutan Jadi Sirup dan Selai, Begini Cara Warga Pemalang Pamer Produk ke Wagub Jateng