"Kami menangkap apa yang digaungkan Walhi Jateng dengan karya 10 patung kontemporer tersebut," terang Gunawan.
Menurutnya, patung yang dibuat sengaja digambarkan memakai pakaian khas pejabat, yakni jas, serta berpenampilan dengan rambut klimis.
Raut wajah patung tak dibuat mirip pejabat tertentu, semua tinggal penafsiran masyarakat.
"Kami hanya ingin masyarakat memahami pesan karya ini berupa patung manekin pejabat yang ditaruh dengan fragmen tempat daratan yang tenggelam," ujarnya. (*)