TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kemacetan parah terjadi di Jalan Pantura Semarang, tepatnya di daerah Mangkang hingga Tambakaji, Rabu (13/10/2021).
Kondisi ini dipicu proyek pengecoran jalan yang telah berlangsung sejak beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini pun memicu keluhan dari sejumlah sopir truk.
Mereka mengaku, macet panjang yang terjadi membuat mereka menjadi lebih boros.
Akibat kemacetan itu, mereka mengalami boros bahan bakar, 10 liter hingga 20 liter.
"Kalau saya, jalan macet gini, bikin boros bahan bakar 10 liter," ucap sopir truk boks Rahman Yuda (27), ditemui di Mangkang, Rabu siang.
Baca juga: Dipicu Saling Pandang, Pemuda Kampung Sawah dan Karyawan Distributor Adu Jotos di Kalimas Semarang
Baca juga: Wali Kota Semarang Hendi Sedih, Pengerjaan Jembatan Kaca Tinjomoyo Mleset dari Jadwal
Baca juga: UIN Walisongo Semarang Gelar Kuliah Terbatas, Mahasiswa Fuhum Siap Jadi Relawan Satgas Covid
Baca juga: Mobil Tergencet Truk dan Mobil Boks di Mangkang Kota Semarang, Sekeluarga Dilarikan ke Rumah Sakit
Rahman membawa truk boks berisi muatan bahan impor. Muatan ini akan dibawa ke Kawasan Industri Candi, Tambakaji, Kota Semarang.
Rahman mengalami macet panjang hingga sekira 10 kilometer.
"Ya, sepanjang itu hanya di Kota Semarang," paparnya.
Menurutnya, konsumsi solar truknya kian boros lantaran muatan yang berat.
Meski hanya beroperasi di dalam kota tapi kemacetan mengakibatkan konsumsi BBM truknya semakin boros.
"Truk makin boros solar apalagi di Jateng, solar juga semakin susah," keluhnya.
Keluhan juga disampaikan Kusno (45) sopir truk gandeng muatan terpal.
Truknya tersebut dalam perjalanan mengirim barang dari Jakarta menuju Surabaya.
Ia menjumpai simpul-simpul kemacetan tak hanya di Kota Semarang tetapi juga di Kendal dan Pekalongan.
"Bikin susah saja, kami rugi solar sampai 20 liter," paparnya.
Ia mengaku, total biaya penambahan bahan bakar akibat macet ditanggung pribadi sopir. Pihak perusahaan tak menggantinya sama sekali.
"Ga ada itu ganti dari perusahaan. Macet gini, ya tanggung kita pribadi," keluhnya.
Tak hanya itu, estimasi waktu pengiriman juga molor.
Saat kondisi jalan normal, hanya butuh waktu 4 sampai 5 hari pengiriman.
Berhubung banyak titik perbaikan jalan, waktu pengiriman bisa molor 2 hari.
"Ya biaya operasional nambah. Itu kami nanggung pakai uang pribadi juga," katanya.
Meski demikian, ia tak bisa berbuat banyak. Pasalnya, perbaikan jalan merupakan program pemerintah.
"Ga bisa komentar," katanya.
Baca juga: 2.523 Ibu Hamil di Karanganyar Sudah Divaksin Covid, Belum Ada Keluhan KIPI
Baca juga: Imran Cuti saat Ian Gillan Datang, Performa PSIS Dikhawatirkan Tak Maksimal saat Lawan Persik Kediri
Baca juga: Dukung Pembangunan UIN Saizu, Bupati Purbalingga Ingin Kampus Beroperasi di Masa Kepemimpinannya
Baca juga: Serahkan Banpol Rp 1,1 Miliar ke Partai Politik, Bupati Kudus Sentil Soal Pendidikan Politik dan LPj
Sementara itu, sopir ekspedisi pengiriman, Irwanto (25), mengatakan, perbaikan jalan menghambat proses pengiriman muatannya.
Kendati tak terlalu berpengaruh ke waktu jarak tempuh namun paling berimbas ke konsumsi bahan bakar.
Ia berharap, perbaikan jalan Jalur Pantura dapat dilakukan secara cepat sehingga lekas selesai.
"Semoga segera diselesaikan agar jalan lancar kembali," paparnya.
Di sisi lain, Warga Mangkang Kulon, Ahmad Bustomi (31) mengatakan, kemacetan di jalur pantura Mangkang terjadi sejak dua pekan lalu.
Simpul kemacetan terjadi di depan Pasar Mangkang, depan pintu masuk Kawasan Industri KITW Randugarut, depan pintu keluar Kawasan Industri KITW Randugarut atau dekat SPBU Tambakaji, dan tikungan Karanganyar Tugu.
Kondisi macet semakin parah saat jam berangkat dan pulang kerja lantaran jalur tersebut akan dipadati para pekerja pabrik di dua kawasan industri besar di Semarang.
"Kalau pagi dan sore, sangat parah macetnya. Siang gini, terhitung tak terlalu parah," paparnya.
Pengamatan di lapangan, proses pengerjaan pengecoran jalan memang jauh dari kata rampung.
Pengecoran baru dilakukan di sebagian badan jalan. Itupun hanya di beberapa titik.
Para pemotor juga mengeluhkan kondisi jalan yang berdebu imbas dari proyek tersebut.
Dari arah Kendal, kemacetan akan ditemui pengguna jalan ketika memasuki Kota Semarang mulai Mangkang Kulon hingga Tambakaji atau jarak sekira 12 kilometer.
Begitu pula arah sebaliknya, kemacetan terasa mulai dari Tambakaji hingga Mangkang Kulon. (*)