Berita Jawa Tengah

Dirikan KPSM, Cerita Pemuda Desa Patakbanteng Wonosobo Atasi Masalah Sampah di Hulu Serayu

Penulis: khoirul muzaki
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota KPSM Tunggul Wulung, Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo lagi memilah sampah, Kamis (10/6/2021).

TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Sampah masih menjadi persoalan serius bagi masyarakat selama ini.

Sayang, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah masih sangat kurang.

Begitupun masyarakat di wilayah pegunungan. 

Kondisi serupa sempat terjadi di hulu Sungai Serayu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, sebelum 2017. 

Warga biasa membuang sampah sembarangan, termasuk di sungai. 

Padahal sampah di hulu bukan hanya jadi persoalan warga sekitar, namun juga memicu masalah di hilir hingga pesisir.  

Baca juga: Begini Kronologi Truk Hantam Tiga Motor di Jalur Tengkorak Kertek Wonosobo, Akibatkan Empat Tewas

Baca juga: Jalur Tengkorak Kertek Wonosobo Kembali Memakan Korban, Empat Tewas Dihantam Truk

Baca juga: 5 Pemuda di Wonosobo Ditangkap Polisi, Jual dan Simpan Bahan Pembuat Petasan

Baca juga: Kesepakatan Warga Desa Kalimendong Wonosobo, Siapapun Halal Sembelih Ayam yang Lepas dari Kandang

Petani di Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar pun sempat ikut merasakan dampaknya. 

Sampah yang menumpuk di sungai menghambat usaha pertanian warga.

Pasalnya, air Sungai Serayu selama ini dimanfaatkan petani untuk mengairi lahan pertanian. 

Pasokan sampah di desa itu bukan hanya dari rumah tangga, namun juga dari warung atau sektor pariwisata.

Maklum, Patakbanteng selama ini menjadi jujugan para pendaki dari berbagai daerah yang ingin mendaki Gunung Prau. 

"Air tidak bisa disedot untuk mengairi lahan karena banyak sampah."

"Petani harus bersihkan sampah terlebih dahulu kalau mau ambil air," kata Dani Setiawan, Ketua KPSM Tunggul Wulung Desa Patakbanteng kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (10/6/2021). 

Warga bersama mahasiswa KKN dan Karang Taruna lantas berinisiatif untuk membersihkan sampah di sungai.

Hingga sungai berhasil dibersihkan dari sampah yang menumpuk. 

Tetapi permasalahan belum selesai di situ. 

Masyarakat masih berpotensi membuang sampah lagi ke sungai.

Hulu sungai bisa tercemar lagi karena sampah yang menumpuk. 

Karenanya ia bersama pemuda lain mendirikan Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) Tunggul Wulung untuk mengelola sampah masyarakat. 

Dengan demikian, masyarakat diharapkan tidak lagi membuang sampah sembarangan.

Setiap rumah tangga mengumpulkan sampah di rumah masing-masing. 

Setiap hari anggota KPSM berbagi tugas untuk mengambil sampah di rumah-rumah warga. 

"Setiap hari ada yang mengambil sampah di rumah-rumah," katanya. 

Sampah yang dikumpulkan warga dipilah.

Sampah yang bernilai dikumpulkan lalu dijual kembali ke pengepul sampah.

Dari situ mereka mendapatkan penghasilan untuk mengganti biaya operasional. 

Kini, pihaknya sedang mengembangkan pengolahan sampah menjadi barang bernilai.

Pihaknya telah berhasil mengolah sampah menjadi paving block, serta pupuk cair untuk usaha pertanian. 

Tidak hanya itu, dengan alat yang telah dimodifikasi, pihaknya berhasil memproduksi bahan bakar minyak (BBM) setara solar dan bensin dari sampah plastik. 

Dia bersyukur, dengan adanya tempat pengelolaan sampah di desa, Sungai Serayu kini relatif bersih.

Petani pun tak lagi dipusingkan dengan sampah yang menganggu aktivitas usaha mereka. 

"Perilaku masyarakat juga berubah, tidak lagi buang sampah sembarangan," katanya. (Khoirul Muzakki)

Baca juga: Ganjar Minta Pemkab Demak Siapkan Tiga Hal, Antisipasi Ledakan Kasus Seperti di Kudus

Baca juga: 429 Warga Kudus Jalani Isolasi Terpusat di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Data Hingga Rabu Malam

Baca juga: Dimas Sukses Ciptakan Rem Cakram Khusus Vespa Klasik, Hasil Riset 11 Bulan di Tembalang Semarang

Baca juga: Ganjar Gowes Masuk Gang Sempit di Semarang Timur, Masih Jumpai Banyak Warga Tak Gunakan Masker

Berita Terkini