TRIBUNBANYUMAS.COM, NEW YORK - Kabar baik untuk perusahaan media. Google akan mengeluarkan dana lebih dari US$ 1 miliar ke para penerbit media, selama tiga tahun ke depan, melalui program baru untuk berita lisensi.
Raksasa teknologi itu telah menandatangani kesepakatan lisensi dengan sekitar 200 perusahaan media di negara-negara tertentu dengan rencana untuk menambah lebih banyak dan memperluas secara geografis.
Google bersama dengan Facebook, mengontrol sebagian besar kue iklan yang pernah masuk ke penerbit di industri media. Menyusutnya pendapatan iklan telah menyebabkan ruang redaksi menyusut kecil dan sumber daya berkurang untuk memberitakan kisah-kisah lokal.
Miliaran dolar yang dihabiskan untuk melisensikan berita adalah cara Google menunjukkan kepada penerbit media bahwa mereka berkomitmen untuk membayar jurnalisme berkualitas tinggi dan mempertahankan industri media yang sedang berjuang.
• Ulang Tahun Ke-22: Nama Google Ternyata Bermula dari Googol, Ini Maknanya
• 30 September Bertajuk Launch Night In, Google Luncurkan Ponsel Pixel 5
• Sudah Bisa Dinikmati di Ponsel Android, Google Maps Dark Mode Bikin Mata Lebih Nyaman
• Gara-gara Corona, Google Minta Karyawan Kerja dari Rumah Hingga Juni 2021
Kesepakatan lisensi, yang sebelumnya diumumkan pada bulan Juni, adalah bagian dari produk baru yang disebut News Showcase, di mana penerbit yang berpartisipasi dapat mengkurasi dan memutuskan sendiri bagaimana menyajikan konten mereka di platform Google.
Konten tersebut ditampilkan sebagai "story panel" dan penerbit dapat menggunakan garis waktu, poin, atau artikel terkait untuk mendorong pemirsa mengklik ke situs mereka dan membaca lebih lanjut.
Google akan membayar beberapa penerbit media untuk membuat artikel paywall gratis diakses oleh non-pelanggan.
Mulai Kamis (1/10/2020), pengguna Google di Brasil dan Jerman dapat mengakses fitur tersebut. Saat peluncuran, News Showcase tersebut hanya akan tersedia di aplikasi Google News di Android.
Tapi, itu akan segera diperluas ke aplikasi iOS dan kemudian meluas ke aplikasi Google Discover dan pencarian Google.
"Jelas bahwa industri surat kabar telah lama menghadapi tantangan ekonomi," kata Brad Bender, Wakil Presiden Manajemen Produk untuk Berita Google kepada CNN Business.
"Saya pikir sejumlah dari kita di ekosistem ingin meningkatkan dan memungkinkan masa depan yang lebih baik untuk berita. Ini adalah investasi yang sangat besar, investasi terbesar kami saat ini, tetapi ini benar-benar membangun upaya kami selama 20 tahun dengan industri," imbuhnya.
• Komitmen MA Berantas Korupsi Dipertanyakan: Obral Diskon Hukuman bagi Koruptor yang Ajukan PK
• Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10 Ditutup Siang Ini, Belum Ada Kabar untuk Gelombang 11
• Lama Tak Muncul di Publik, Kim Jong Un Ajak Adik Perempuannya Kunjungi Desa Terdampak Banjir
• Sandiaga Uno Dipastikan Jadi Jurkam Pasangan Gibran-Teguh di Pilkada Solo
Membayar penerbit untuk menampilkan konten mereka telah lama menjadi sumber ketegangan antara perusahaan media dan platform teknologi. Facebook membuat kesepakatan lisensi dengan outlet berita termasuk The New York Times dan Dow Jones tahun lalu ketika meluncurkan Facebook News.
Google telah berselisih dengan regulator Australia tentang undang-undang yang memungkinkan penerbit menegosiasikan kompensasi atas konten mereka.
Faktanya, Australia adalah salah satu negara pertama di mana Google mulai menandatangani perjanjian lisensi dengan penerbit, tetapi perusahaan tersebut telah menghentikan program di sana.
"Meskipun keprihatinan kami tentang kode itu serius, kami yakin hal itu dapat diselesaikan dan berharap dapat segera menghadirkan News Showcase ke Australia, karena kami yakin program ini akan membantu penerbit mengembangkan pemirsanya dan berkontribusi terhadap keberlanjutan keseluruhan mitra berita Australia kami," Mel Silva, Direktur Pelaksana Google Australia dan Selandia Baru, mengatakan dalam sebuah pernyataan.