Apa pun itu harus tetap dijalani demi masa depan anak-anak, " jelasnya kepada Tribunjateng.com.
Sebagai sopir angkot,Nurul mampu mengantongi uang Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per hari setelah dipotong setoran dan bensin.
"Setelah potong setoran dan bensin dapat segitu.
Belum kepotong pampers dan susu anak-anak, sisanya buat makan, " jelasnya.
Pagi itu, sambil berkonsentrasi menyetir, Nurul tak pernah luput memantau keadaan Bilqis.
Jika bayi mungil itu mengoceh atau menangis karena lapar, dia segera menyorongkan botol susu.
Si kecil Bilqis pun anteng menyedot susu dalam botol.
Matanya yang bulat terlihat menggemaskan, menatap ke langit-langit angkot.
Dia juga anteng ketika menyedot empeng, tangannya sesekali seolah ingin menggenggam.
Balqis, kakaknya, memperhatikan sang adik dari bangku penumpang tepat di belakang Nurul.
Setibanya di SD Pancasila, Balqis turun dari angkot setelah mencium tangan ayah.
Dia masuk ke dalam sekolah diantar pandangan Nurul dan celotehan Bilqis. (Iwan Arifianto)
• Kisah di Balik Penemuan Korban Pembunuhan di Sigaluh: Saat Tim Putus Asa, Terdengar Suara Memanggil
• Rumahnya di Banyumas Jadi Lokasi Pembantaian Satu Keluarga, Misem Ungkap Kejadian 20 Hari Setelahnya
• Rizky Febian Bicara Soal Hilangnya Perhiasan 2 M Milik Lina, Ungkap Hubungannya dengan Teddy Kini
• Jedar Sampai Tak Percaya, Nia Ramadhani Cerita Masa Kecil Cuma Makan Nasi Sama Garam, Sampai Kapan?