Liputan Khusus MBG di Banyumas
Ahli Gizi Unsoed Sarankan Menu Program MBG Hindari Kadar Gula Tinggi Cegah Obesitas
Menu MBG yang terkadang berisi roti atau makanan kemasan dengan kadar gula tinggi bisa menambah risiko obesitas
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Rustam Aji
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai Ahli Gizi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Erna Kusuma Wati, SKM., M.Si perlu dicermati lebih jauh, terutama terkait pemenuhan gizi untuk anak.
Secara konsep, Erna mengapresiasi Program MBG sangat baik karena memberikan intervensi zat gizi langsung kepada anak usia sekolah, sekaligus mengedukasi pentingnya pola makan seimbang.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah apakah makanan yang disajikan sudah sesuai dengan standar kebutuhan gizi anak.
Erna mencontohkan keberhasilan program serupa di luar negeri seperti Finlandia, Prancis, dan Jepang.
Menurutnya, di Jepang misalnya, makanan sekolah dirancang oleh ahli gizi, bukan hanya mencukupi kebutuhan harian, tetapi juga mencegah obesitas sejak dini.
"Kalau anak makan dua kali di sekolah dan di rumah bahkan masih jajan, dikhawatirkan justru bisa menyebabkan obesitas," ujar Erna.
Ia menekankan, kebutuhan gizi anak usia 6 sampai 12 tahun berada di kisaran 1.600 hingga 2.000 kilokalori per hari, dengan kebutuhan protein antara 35 sampai 50 gram.
Baca juga: Kasus Roti Jamuran di SMAN 2 Purwokerto, hingga Kotak Makan Bau Sabun Jadi Catatan Buruk Program MBG
"Untuk anak usia SMA tentu harus lebih dari itu. Jadi wajar kalau ada anak-anak yang merasa porsinya kurang," ujarnya.
Program MBG saat ini hanya mencakup satu kali makan dalam sehari.
Padahal, menurut Erna, satu porsi MBG idealnya hanya mampu memenuhi 30 sampai 35 persen kebutuhan gizi harian anak.
Sisanya tetap harus dipenuhi di rumah melalui peran keluarga.
Meski demikian, ia menilai program ini dapat menjadi sarana edukasi penting tentang makanan sehat.
"Indikator makanan bergizi itu ada sayur, lauk, dan buah. Setidaknya anak jadi tahu bahwa itu penting. MBG mengenalkan porsi makan sehat dan gizi seimbang," katanya.
Namun, ia mengkritisi menu MBG yang terkadang berisi roti atau makanan kemasan dengan kadar gula tinggi.
"Itu kurang tepat karena bisa menambah risiko obesitas dengan gula yang tinggi. Sebaiknya menu disesuaikan dengan prinsip gizi seimbang yang memuat nasi, protein hewani dan nabati, lemak sehat, sayur, dan buah," katanya.
Erna juga menyoroti keluhan makanan yang basi.
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena makanan dimasak dalam skala besar dan waktu masaknya cukup dini, yakni pukul 02.00 sampai 03.00 dini hari, lalu dikonsumsi sekira pukul 09.00 sampai 12.00 WIB beberapa jam kemudian.
Meski demikian, ia menekankan rasa makanan bersifat subjektif dan menu yang disusun sudah diawasi ahli gizi.
Ia juga menyebutkan perlunya evaluasi terhadap indikator status gizi anak secara berkala.
"Untuk melihat hasilnya, status gizi bisa dievaluasi setelah enam bulan hingga satu tahun, dengan syarat anak rutin mengonsumsi MBG. Dinas Kesehatan perlu aktif mengevaluasi melalui indikator IMT (Indeks Massa Tubuh) per umur," jelasnya.
Baca juga: Banyak Dikritik karena Rasa Makanan Hambar, hingga Siswa Tak Selera Makan
Di sisi lain, pelaksanaan program MBG di Banyumas terus meluas.
Pelaksana teknis program ini adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh kecamatan.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, target kedepan akan ada 152 SPPG.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono mengatakan saat ini sudah ada 25 SPPG.
"Saat ini sudah 25 informasinya minggu ini akan tambah lagi 7, dari target 152 SPPG," katanya.
Data sementara kurang lebihnya sudah ada sebanyak 52.527 siswa dari 249 satuan pendidikan telah menjadi penerima manfaat MBG.
Program ini menyasar siswa dari jenjang PAUD hingga SLTA.
Rinciannya, sebanyak 22.625 siswa tingkat SD/MI, 18.675 siswa SMP/MTs, 8.889 siswa SMA/MA/SMK, dan 2.338 siswa PAUD menerima layanan makanan bergizi ini.
Masing-masing SPPG dirancang untuk melayani hingga 3.500 siswa per hari.
Menurut Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Muhammad Robbani, jumlah penerima manfaat akan terus bertambah seiring dengan kesiapan unit pelaksana.
"Kami harap program ini bisa menjangkau lebih banyak siswa lagi ke depannya," ujarnya.
Pelaksanaan layanan sejauh ini dinilai berjalan relatif lancar, meski masih ada catatan di lapangan terkait kualitas makanan dan ketersediaan dapur yang masih belum merata. (jti)
Kasus Roti Jamuran di SMAN 2 Purwokerto, hingga Kotak Makan Bau Sabun Jadi Catatan Buruk Program MBG |
![]() |
---|
FX Hadi Rudyatmo Gantikan Bambang Pacul Pimpin PDIP Jateng |
![]() |
---|
Banyak Dikritik karena Rasa Makanan Hambar, hingga Siswa Tak Selera Makan |
![]() |
---|
Mantap! Timnas Sepakbola Putri Indonesia U16 Menang Telak 6-0 atas Timor Leste |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.