Lipsus Makan Bergizi Gratis
Rapor Merah Program MBG di Banyumas, Roti Jamuran hingga Kotak Makan Bau Sabun
sejak awal pelaksanaannya pada Februari 2025, program ini belum sepenuhnya berjalan mulus.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
Selain soal keamanan makanan, kualitas dan selera menu MBG juga dikeluhkan siswa.
Pihak sekolah mencatat pada awal pelaksanaan, banyak makanan tidak habis karena menu tidak sesuai selera anak.
"Ayam gorengnya terlalu kering, pepaya tidak berasa, apel kecil. Makanan berkuah juga kalau sudah ditutup jadi aromanya seperti basi," ungkap Irsyam.
Pihak sekolah bahkan sempat menemukan bau sabun pada makanan, yang diduga berasal dari kotak makanan yang tidak dicuci bersih.
Pernah juga ditemukan ulat pada buah, yang membuat anak merasa jijik dan enggan makan.
Untuk itu, pihak sekolah mulai menerapkan SOP quality control dengan membuka sampel makanan, mencium aroma, dan mencicipi sebelum dibagikan ke siswa.
"Ini semua proses learning by doing," katanya.
Baca juga: Berbagai Keluhan Soal MBG di Banyumas, Kurang Enak Porsi Kurang hingga Distribusi tak Merata
MBG dinilai membantu tapi perlu perbaikan.
Meski berbagai catatan buruk muncul, pihak sekolah tetap menilai MBG memberikan manfaat, terutama bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
"Ada beberapa anak yang dari latar belakang ekonomi kurang mampu. Dengan adanya MBG itu jelas sangat membantu," ujar Irsyam.
Di SMAN 2 Purwokerto, sebelum program MBG diterapkan, sekolah sudah memiliki program makan bergizi setiap Jumat bernama Jurasik (Jumat Bergizi Asik).
Dengan program MBG, para siswa kini menerima paket makanan terdiri atas makanan kering, buah, dan susu.
Meski demikian, sekolah berharap adanya evaluasi dari pihak SPPG secara berkala, termasuk keterlibatan ahli gizi dan akademisi untuk menilai dampak MBG terhadap prestasi dan konsentrasi belajar siswa.
Irsyam mengakui, dari pantauan sekolah, MBG memberi dampak positif terhadap kehadiran dan energi anak, meskipun sebagian tetap jajan di kantin karena merasa porsi tidak cukup.
Adapun total penerima MBG di sekolah ini kini mencapai 1.181 siswa.
Tribunbanyumas mencoba menghubungi seorang Kepala SPPG Brobahan, Luky Ayu Parwatiningsih untuk konfirmasi dan meminta tanggapan dan perkembangan atas segala keluhan MBG di Banyumas akan tetapi tidak mendapat tanggapan dan respon. (jti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.