Berita Jateng
Apa Itu Padi Biosalin, Sukses Ditanam di Lahan Pesisir Semarang dengan Kadar Garam Tinggi
Para petani yang selama bertahun-tahun berjuang melawan gagal panen, kini mulai menuai hasil berkat inovasi padi biosalin.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Lahan pertanian pesisir Kota Semarang yang selama ini dikenal sulit ditanami akibat tingginya kadar garam akibat rob, kini dikatakan mulai menunjukkan hasil membaik.
Para petani yang selama bertahun-tahun berjuang melawan gagal panen, kini mulai menuai hasil berkat inovasi padi biosalin.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Shoti’ah menjelaskan, inovasi tersebut dikembangkan melalui kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga terkait.
Padi biosalin dirancang agar mampu tumbuh di lahan dengan kadar garam tinggi. Sehingga dinilai cocok ditanam di wilayah pesisir utara Semarang yang kerap terdampak rob.
Shoti'ah mengatakan, pengembangan benih padi ini dipusatkan di wilayah pesisir dengan kadar salinitas, salah satunya di Kelurahan Mangunharjo.
Pengembangan benih biosalin dilakukan di lahan seluas 20 hektare di Kelurahan Mangunharjo.
"Dalam prosesnya, kami bermitra dengan BPSB agar hasil benih yang diproduksi mendapatkan sertifikasi resmi," kata saat dikonfirmasi, Kamis (31/7/2025).
Shoti'ah menyebutkan, pada musim tanam perdana, dari areal perbenihan seluas 2.000 hektare, menghasilkan 450 kilogram benih. Sementara di musim tanam kedua, produksi meningkat menjadi 2.000 kg benih Biosalin 1 dan 1.550 kilogram Biosalin 2.
"Secara total, benih biosalin sudah dikembangkan di Kelurahan Mangunharjo seluas 20 hektare. Ke depan akan kami perluas ke wilayah Kelurahan Mangkang Wetan," katanya.
Ia menyebutkan, potensi hasil gabah kering yang bisa diperoleh dari padi biosalin ini mencapai 126 ton, menjadikannya sebagai varietas yang sangat produktif.
"Rata-rata produktivitas dari pengembangan 20 hektare mencapai 126 ton gabah. Ini menunjukkan bahwa Biosalin 1 dan 2 sangat potensial," tambahnya.
Baca juga: Mantan Karyawan Mengadu Ijazahnya Ditahan Perusahaan di Semarang
Ia memaparkan, keberhasilan di Mangunharjo membuka peluang ekspansi ke kawasan pesisir lain. Salah satunya ke Kelurahan Mangkang Wetan yang ditargetkan seluas 13 hektare. Menurutnya, daya adaptasi padi biosalin terhadap lahan salin menjadi alasan tingginya ketertarikan daerah lain.
"Sudah ada permintaan benih dari Kabupaten Jepara dan Cilacap. Ini menandakan bahwa inovasi dari Kota Semarang dibutuhkan daerah lain," klaimnya.
Menurutnya, program ini juga mendapat dukungan dari pemerintah pusat lewat kebijakan penyerapan hasil panen oleh Bulog, guna menjaga stabilitas harga saat panen raya.
Ia menyebut, Bulog membeli gabah petani seharga Rp6.500 per kilogram.
"Ini sangat membantu petani dan membuat mereka semangat menanam biosalin," tuturnya.
Mengenai karakteristik padi biosalin, sebutnya, menghasilkan nasi yang cenderung pera, namun tetap sesuai dengan selera pasar. Umur tanam Biosalin 1 sekitar 90 hari, sedangkan Biosalin 2 sedikit lebih panjang, yakni di atas 100 hari. (idy)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.