Lipsus PKL Purwokerto

Muncul Masalah, Jalan Bung Karno Purwokerto yang Digadang Jadi Malioboro Banyumas Terancam Kumuh

Sejumlah persoalan muncul di Jalan Bung Karno Purwokerto yang digadang-gadang sebagai kawasan urban modern. kawasan ini terancam jadi kumuh.

Penulis: rika ira | Editor: rika irawati
TRIBUN BANYUMAS/ PERMATA PUTRA SEJATI
ASIK TONGKRONGAN - Sejumlah anak muda asyik nongkrong di kawasan trotoar Jalan Bung Karno Purwokerto atau di "Dalan Anyar", Jumat (13/6/2025) malam. Kawasan trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki kini dikuasai PKL. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Upaya Pemkab Banyumas menghadirkan tempat wisata urban di Jalan Bung Karno Purwokerto dihadapkan pada sejumlah masalah.

Bahkan, kawasan yang digadang-gadang sebagai Maliboronya Banyumas itu terancam menjadi kumuh jika penataan tak segera dilakukan.

Konsep yang kurang matang dan pembangunan kawasan yang dianggap prematur membuat Jalan Bung Karno Purwokerto kini menjadi semrawut.

Bahkan, saat malam hari, tempat ini mirip pasar malam dadakan dibanding ruang publik yang diharapkan memberi kenyamanan bagi wisatawan.

Berikut beberapa persoalan yang muncul di Jalan Bung Karno Purwokerto:

1. Trotoar Dikuasai PKL

Jalan Bung Karno Purwokerto dirancang sebagai kawasan ruang publik urban yang mengutamakan kenyamanan pengunjung, bersih, dan inklusif.

Itu sebabnya, trotoar di sisi kanan dan kiri jalan dibangun cukup luas dengan taman pengaman yang memisahkan dengan jalan raya.

Sayangnya, trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki, kini dikuasai para PKL.

Baca juga: Pejalan Kaki Tergusur, Trotoar Jalan Bung Karno Purwokerto Kini Dikuasai PKL

Mereka menggelar lapak di sepanjang trotoar, baik di sisi kiri maupun kanan jalan.

Termasuk di jalur kuning khusus pejalan difabel.

Tenda plastik, meja lipat, hingga kompor gas berderet menyita ruang bagi pejalan kaki.

Akhirnya, pengunjung harus berjalan di badan jalan.

Ardi Siswanto, ketua Paguyuban UMKM Bank Street (BST) Jalan Bung Karno Purwokerto mengatakan, anggotanya telah memenuhi aturan soal berdagang. Misalnya, tak menggunakan gerobak.

"Kami tidak ada anggota yang pakai gerobak. Kalau pun ada yang jualan bakso, pakai meja biasa," katanya.

Meski begitu, Ardi menyatakan, Paguyuban UMKM BST siap mengikuti aturan jika terjadi penataan.

2. Banjir Pengamen

Kehadiran kerumunan pengunjung, baik di tenda-tenda PKL maupun sekadar nongkrong di sudut-sudut trotoar Jalan Bung Karno Purwokerto, menjadi magnet bagi pengamen.

Pengamen yang datang silih berganti membuat para pengunjung tak nyaman.

"Yang bikin tidak nyaman itu karena banyak pengamen."

"Kalau dihitung-hitung, kayaknya lebih banyak ngasih ke pengamen daripada buat jajan," keluh Dipaa, warga Purwokerto yang sering nongkrong di Jalan Bung Karno.

3. Shelter PKL Tak Luas

Penataan PKL di Jalan Bung Karno Purwokerto dihadapkan pada persoalan terbatasnya shelter.

Rencananya, PKL akan ditempatkan di tempat khusus yang telah disiapkan.

Sayangnya, shelter yang dibangun hanya bisa menampung 40 PKL.

Baca juga: Guru Besar Unsoed Kritisi Penataan Kawasan Jalan Bung Karno Purwokerto

Padahal, saat ini, jumlah PKL yang berjualan di Jalan Bung Karno Purwokerto mencapai 500 orang yang tergabung dalam enam paguyuban.

"Kita khawatir, kalau ada sebagian yang dipindah nanti lapak lama diisi pedagang baru. Jadi, itu harus diantisipasi," kata Plt Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Banyumas, Gatot Eko Purwadi.

4. Konsep Kawasan yang Tak Matang

Sementara itu, Guru Besar Kebijakan Publik dari FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Dr Dwiyanto Indiahono menilai, pembangunan kawasan urban di Jalan Bung Karno masih bersifat sporadis dan minim desain kebijakan jangka panjang.

Prof Dwiyanto pun meminta, Pemkab Banyumas mulai menata ulang konsep atas pendataan dan fungsi Jalan Bung Karno Purwokerto.

Sebagai kawasan urban modern, Jalan Bung Karno Purwokerto diharapkan tak hanya menjadi tempat nongkrong dan tempat berjualan para PKL tetapi ruang publik yang lengkap.

"Ada sentra seni, skatepark, atau ruang komunitas."

"Ini perlu jadi pertimbangan dalam kebijakan pembangunan, jangan sampai ruang publik justru jadi ruang rebutan antara pejalan kaki dan pedagang," kata Prof Dwiyanto. (Tribunbanyumas.com/Permata Putra Sejati)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved