Berita Banyumas

Dipaksa Pindah, PKL Depan Eks Ruko Metro Kebondalem Purwokerto Minta Pemda Tak Matikan UMKM

PKL Koki Gendut, Raden Hendro Suharcaryo (50) mengatakan sudah mengangkut semua perangkat jualannya. 

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Rustam Aji
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
TONGKRONGAN MALAM - Suasana kedai kopi yang memakan trotoar jalan atau street coffee di kompleks Kebondalem, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (24/4/2025) malam. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Merasa diusir, sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menempati depan bekas ruko Metro Kebondalem Purwokerto menyesalkan tak boleh berjualan lagi di depan bekas ruko Metro Kebondalem. 

Seorang PKL Koki Gendut, Raden Hendro Suharcaryo (50) mengatakan sudah mengangkut semua perangkat jualannya. 

Raden mengaku sudah mengangkut berbagai alat dan perlengkapan berjualan bersama dengan beberapa penjual lain seperti Ayam Abang, pedagang cimol dan lainnya. 
 
"Ada penjual PKL Ayam Abang dan bakul-bakul nasi juga suruh angkat kaki dari sana. Termasuk pedagang cimol dan lain sebagainya," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (6/5/2025). 

Raden menegaskan tidak menyangka akan diusir dengan cara seperti itu.  "Ada pemberitahuannya tapi sifatnya tidak yang menutup pakai seng juga. Ini bagian depan metro ditutup pakai seng. Yang penting jangan sampai ditutup seng. Saya pikir masih bisa jualan. Kalau Kebondelam diserahkan lagi kepada Pemda harusnya tidak mematikan UMKM," terangnya. 

Baca juga: Alot Mediasi Gugatan Ijazah Jokowi di Solo, Penggugat Kekeh Minta Jokowi Tunjukkan Ijazah Asli

Raden mengatakan tidak menolak kebijakan pemerintah.

Bahkan, ia merasa senang aset Kebondelam bisa kembali ke pemda. 

"Bisa dapet aset begitu besarnya. Kami senang cuma kalau harus disterilkan ya harusnya semua dong, bukan cuma area Metro saja. Karena semua itu kan ilegal. Contoh Cafe Sarinah itu lahan pemda juga dan pedagang lainnya. Kalau bicara masalah pengosongan jangan hanya saya saja. Pokoknya yang seputar metro, ada ayam mercon tergusur," tegasnya. 

Dia sebelumnya meminta kebijaksanaan supaya berjualan di depan seng masih di area Metro Kebondalem, tapi tetap saja tidak boleh. 

"Yang diuntungkan siapa, ya Cafe Sarinah. Kok bisa dia kan juga Ilegal juga. Kalau mau dikosongkan ya semua seperti dikasih surat. 

Carikan tempat, tiba tiba saya saja yang dibersihkan. Tiba-tiba sudah dipasang tiang pemberitahuan," ungkapnya. 

Ia merasa ada diskriminasi dalam mensterilkan area Kebondalem.

Dengan begitu dia mempertanyakan apabila ingin streril area Kebondelam, tetapi area parkor Cafe vermont masih operasional didalam area Kebondalem.

Baca juga: Kecelakaan Maut Truk dan Angkutan di Purworejo: Tabrak Rumah Hingga Ambruk, 11 Orang Tewas di Lokasi

"Mereka kan juga ilegal. Padahal saya pedagang kecil berarti ini diskriminasi," jelasnya. 

Ia meminra agar Pemkab Banyumas berlaku adil apabila mau dikosongkan area Kebodalem harus semua. 

"Awal jualan di depan harapan Jaya 2003 sampai 2010. Saya jualan bayar ke preman sebulan Rp300 ribu preman situ. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved