Berita Purbalingga

Batu Akik Klawing Purbalingga Masih Eksis: Diminati Kelas Atas, Dikirim Hingga Belanda

Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis. Bahkan, produksi batu poles atau batu hias yang dihasilkan diminati kalangan atas hingga Belanda.

Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI
PENGUSAHA BATU AKIK — Dwi Setiyono, pengusaha batu akik Klawing mengungkapkan rahasia eksistensi bisnis batu akik, di rumahnya di Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Rabu (7/5/2025). Dwi memproduksi batu hias atau batu poles yang diminati pasar kelas menengah ke atas, bahkan dikirim hingga Belanda. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis meski puncak kejayaannya telah lewat, beberapa tahun lalu.

Satu di antara pengusaha batu akik Klawing yang masih bertahan adalah Dwi Setiyono, warga asal Desa Kalikajar RT 02 RW 08, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Dwi mengatakan, eksistensi batu akik Klawing didukung pangsa pasar khusus. Targetnya pun berbeda-beda.

"Ada yang menjual bongkahan-bongkahan, cincin, dan lempengan. Tetapi, kalau saya, memang di batu poles," katanya saat ditemu, Rabu (7/5/2025).

Dwi terjun ke bisnis batu akik saat booming tahun 2013.

Saat itu, dia menjual bongkahan-bongkahan batu.

Namun, karena prospeknya kurang bagus, dia beralih dengan menjual lempengan-lempengan batu. 

Baca juga: Perajin Batu Akik Klawing Purbalingga Menolak Punah, Jadi Suvenir Khas untuk Tamu

Ketika penjualan lempengan sudah tidak bagus lagi, dia beralih dengan menjual cincin batu akik.

"Tetapi, pada saat itu, prospeknya sudah tidak bagus sehingga saya beralih ke batu poles atau batu hias," imbuhnya. 

Setelah beralih ke batu hias, ia menyadari, prospek penjualan batu hias ini lebih bagus sehingga dia konsisten menjualnya.

Dwi mengatakan, batu akik Klawing Purbalingga itu memiliki corak beragam dan punya ciri khas.

Untuk batu hias yang dia jual, Dwi memilih memoles senatural mungkin tanpa menghilangkan corak asli batu. 

"Proses pembuatannya juga lama, tidak bisa sehari selesai, ada berbagai tahap, mulai dari pengelupasan, fleksibel, hingga pengamplasan untuk bisa mengkilap seperti ini," katanya sambil menunjukkan batu yang selesai diproses.

Sasar Kelas Menengah ke Atas

BATU HIAS - Batu poles atau batu hias produksi batu akik klawing di Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2025). Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis dengan pangsa pasar khusus.
BATU HIAS - Batu poles atau batu hias produksi batu akik klawing di Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2025). Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis dengan pangsa pasar khusus. (TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI)

Penjualan batu akik poles ini juga stabil.

Menurutnya, peminat batu akik hias adalah kalangan menengah ke atas.

"Berbeda dengan cincin yang dapat dibeli kalangan menengah ke bawah, kalau kami fokus marketnya itu pada kalangan menengah ke atas, dan kebanyakan yang beli juga orang-orang China," lanjutnya. 

Bagi orang China, batu poles dikaitkan dengan feng shui.

Bahkan, ada feng shui khusus tentang batu yang membuat pasar makin berminat membeli.

Pemasaran Gunakan Media Sosial

Kendati target pasar telah jelas, Dwi tetap menerapkan strategi promosi.

Sejak memulai bisnis ini, Dwi menerapkan berbagai strategi promosi. 

Mulai dari menggunakan aplikasi Google Plus, Facebook Marketplace, hingga sekarang menggunakan Instagram dan Tik Tok.

"Strategi promosi yang kuat adalah hal yang penting karena jika tidak ada promosi, kita tidak akan bisa jual," katanya.

Dikirim Hingga Belanda

Berkat ketelatenannya memanfaatkan berbagai alat promosi, di tahun 2019, dia berhasil mengekspor batu akik hiasnya hingga ke Belanda. 

"Dulu kita ekspor ke Belanda, penjualannya ya melalui Facebook," ujarnya. 

Dari penjualan itu, dia berhasil mendapatkan omzet Rp80 juta. 

"Kenapa saya bisa kirim ke Belanda, karena orang-orang di sana itu sangat menyukai hasil kerajinan dan mereka lebih suka yang natural seperti ini," tuturnya.

Baca juga: 2500 Buruh Pabrik di Purbalingga Jadi Target Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Saat ini, meskipun belum ada lagi pengiriman batu akik ke luar negeri, Dwi memastikan peminat batu akik lokal masih cukup bagus. 

"Peminat lokal masih bagus, kita biasanya kirim ke Tangerang, Jakarta, Jawa Timur, Sumatera, dan Bali."

"Tetapi, kalau paling banyak itu ke Tangerang, Jakarta, dan Jawa Timur," katanya. 

Untuk omzet sendiri, jika penjualan sedang bagus, ia bisa mencapai sekitar Rp30 juta. 

"Tetapi kalau stagnan itu sekitar Rp13 juta-Rp15 juta," ucapnya.

MEMOLES - Perajin batu akik Klawing di Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, memproses bongkahan batu akik menjadi batu hias, Rabu (7/5/2025). Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis dengan pangsa pasar khusus.
MEMOLES - Perajin batu akik Klawing di Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, memproses bongkahan batu akik menjadi batu hias, Rabu (7/5/2025). Batu akik Klawing Purbalingga masih eksis dengan pangsa pasar khusus. (TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI)

Dalam menjalankan bisnis ini, Dwi tidak bekerja sendirian. Dia mempekerjakan empat perajin. 

"Biasanya, perajin itu mencari batu sendiri ke sungai atau beli lewat orang, kemudian di proses."

"Selanjutnya saya bayar secara cash, baru saya pasarkan," katanya. 

Harga batu akik hias sendiri, menurutnya, tidak memiliki patokan. 

Harga setiap batu akik hias berbeda-beda, tergantung motif dan ukuran.

Dwi berharap, ke depannya, bisnisnya bisa lebih berkembang dan bisa mendapat bantuan dari pemerintah. 

"Karena, kami saat ini masih kurang sekali untuk alat, jadi harapannya pemerintah itu bisa memberikan bantuan supaya kami ini bisa lebih berkembang dan perajin juga bisa lebih kreatif dengan alat-alat yang memadai juga," harapnya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved