Berita Jateng

Gus Nasrul di UNNES: Indonesia Darurat Sifat Malu

banyak manusia yang sudah hilang rasa malunya, hilang nurani kemanusiaannya.

Penulis: hermawan Endra | Editor: khoirul muzaki
Tribunnews/Jeprima
Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menyapa pendukung dan simpatisan saat tiba di sekitar markas FPI, Petamburan, Jakarta Pusat (10/11/2020). Saat tiba, Rizieq menyampaikan orasi di hadapan massa pendukungnya untuk melakukan revolusi akhlak. 

TRIBUNBANYUMAS.COM,NSEMARANG - Indonesia mengalami darurat rasa malu. Hal tersebut disampaikan, Wakil ketua Komisi Kerukunan Antar Ummat Beragama MUI Pusat, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA dalam khutbah Jumat di Masjid Ulul Albab Campus UNNES, Jumat  (2/05).

Pria yang akrab disapa Gus Nasrul, menegaskan bahwa Sifat mempunyai rasa malu, adalah bagian dari akhlak mulia, bahkan bagian dari keimanan. Tetapi kini banyak manusia yang sudah hilang rasa malunya, hilang nurani kemanusiaannya.

Kitab-kitab ilmu akhlak, kitab-kitab ilmu tasawwuf, menekankan pentingnya punya rasa malu bagi setiap orang beriman. Agar segala sikapnya terhormat dan bermartabat.

"Hingga Tokoh maqashid Syariah sekelas Imam Thohir Asyur menegaskan, bahwa fitrah manusia adalah mempunya rasa malu, jika rasa malu hilang, maka manusdia tidak ada bedanya denganb binatang," tegas Doktor Maqashid Syariah Summa Cumn Laude Universitas al-Qurawiyin Maroko itu.

Dalam khutbah bertema Reorientasi Sifat Malu di Ruang Publik Perspektif Islam tersebut, Gus Nasrul menegaskan,  sering melihat, pasangan muda-muda di ruang publik, melakukan kemaksiatan, di tempat ramai, bahkan banyak yang berpacaran bepergian jauh berduaan bukan suami –istri,  tanpa malu, tetapi dengan bangga memamerkan aktivitas kemaksiatan berpacarannya tersebut,  di berbagai media sosial, tanpa rasa malu. 

"Contoh lainnya? Para koruptor, tertangkap KPK, tetapi di ruang publik, media, mereka tanpa malu, tersenyum-tersenyum manis, melambai-lambaikan tangan. Bak artis naik atau bintang film yang sedang daun. Tidak ada sedikit pun rasa malu di raut wajah dan sikapnya," tutur  ketua Pusat Persatuan Guru NU itu.

Contoh lain, kata dia, Suami istri bertengkar, terutama kalangan artis, tetapi masalah rumah tangganya, tanpa malu di publish di media sosial. Padahal semestinya malu, dan hendaknya mernutupi masalah rumah tangganya.

"Atau para gadis di ruang publik, di pasar, di mall, di jalanan hingga kendaraan umum, yang berpakaian minim dan ketat, hingga kelihatan aurat dan lekuk-lekuk tubuhnya, Sedikit pun tidak ada rasa malu, bahkan terkesan bangga dengan pakain yang bertentangan dengan norma agama dan adat tradisi tersebut," katanya.

Contoh lainnya, menurutnya Sesama orang Islam, sesama orang beragama, tidak malu, saling hujat, saling serang, saling caci, saling menghina di media sosial. Bahkan tampak bangga ketika menghujat orang teetentu di medsos, dan banyak yang menyukai atau komen mendukung hujatannya tersebut

"Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun hal hal di atas adalah musibah kerusakan akhlak, sungguh sangat memprihatinkan. Hal-hal diatas. Hanya kecil Contoh dari sebagian hilangnya rasa malu, manusia dasawarsa ini, yang kerap menggelari dirinya manusia modern," tutur dewan pengasuh pesantren Balekambang Jepara Jateng itu.

Semua manusia beriman, apapun agamanya, apapun sukunya, khusunya orang-orang yang beragama Islam, wajib mereorientasi diri, agar tertanam rasa malu, disaat melakukan hal-hal yang bertentengan dengan norma-norma agama, malu saat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kode etik interaksi sosial, malu saat melanggra konstitusi Negara. 

Wajib malu saat bermaksiat di ruang publik. Lebih lebih wajib malu ketika memamerkan kemaksitan di media sosial. Wajib malu, saat diringkus oleh penegak hukum. Wajib malu ketika memamerkan anggota tubuh di ruang publik.

Hal itu, demi menghormati diri kita sebagai manusia yang beragama dan berpradaban. Bukan malah sebaliknya, berebangga memamerkannya.

Orang yang hilang rasa malunya, maka dapat dipastikan, akan bersikap, akan berbuat seenaknya, meski tindakan -tindakannya nyata-nyata melanggar norma agama dan etika bermasyarakat. Contoh kecilnya, saat siang bulan Romadhon,orang yang berkeweajiban berpuasa,  tidak malu makan minum di warung pinggir Jalan.

Di penghujung khutbah, Gus Nasrul juga mengajak untuk meniru dan melaksanakan hal-hal yang telah diajarkan. "Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat pemalu melebihi pemalunya seorang anak gadis yang ada dalam pingitannya,". Tutur Gus Nasrul yang juga aktif sebagai penceramah pengajian di berbagai provinsi Indonesia itu.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved