Berita Jateng
PDIP Jateng Gelar Halalbihalal, Bangga Jadi Indonesia
Halal bihalal juga dihadiri para anggota Fraksi PDIP, pengurus DPC-DPC, para bupati walikota dari PDIP dan fungsionaris partai.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Tradisi Halal Bihalal merupakan tradisi yang hanya ada di Indonesia dan bermakna agar kita selalu bangga menjadi Indonesia.
Hal itu disampaikan Dr KH Fachrurozi M.Ag saat menyampaikan tauziyah dalam halal bihalal DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah di Kantor DPD Panti Marhaen, Jumat (4/4).
Hadir Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto, Sekretaris H Sumanto yang juga Ketua DPRD Jateng, Bendahara Agustina Wilujeng P yang juga Wali Kota Semarang.
Halal bihalal juga dihadiri para anggota Fraksi PDIP, pengurus DPC-DPC, para bupati walikota dari PDIP dan fungsionaris partai.
Fachrurozi menuturkan, kata halal bihalal tidak ada dalam bahasa Arab dan hanya ditemukan di Indonesia.
"Memang, banyak kata yang berubah arti ketika digunakan penutur Jawa," katanya.
Baca juga: 60 Persen Pemudik Belum Melakukan Perjalanan Arus Balik, Puncak Bali 5-8 April 2025
Dia memberi contoh, takjil arti sebenarnya adalah segera. "Tapi di Jawa Tengah berubah arti menjadi snack," ujarnya disambut tawa.
Tarawih, lanjutnya, arti aslinya santai, tapi di Jawa artinya menjadi cepat. "Kesuwen, bubar," ujarnya.
Idulfitri arti aslinya adalah kembali sarapan, setelah sebulan penuh puasa. "Jadi, Mbak Fitri artinya Mbak Sarapan," canda Kiai Fachrurozi.
"Ada teman lahir Agustus, tapi tidak mau menamai Agustus, maka dinamai Barjuli," kata dia disambut tawa hadiri.
Itulah budaya Jawa yang menarik.
Termasuk halal bihalal. "Ternyata, kata asilnya dari Tegal. Suatu ketika, di sebuah rumah, keluarga menyiapkan makanan lengkap. Si bibi yang melihat bertanya. Dik, ini makanan kok banyak sekali apa halal? Dijawab, halal bi," paparnya, yang kembali disambut gelak tawa.
Baca juga: Didominasi Cuaca Berawan, Berikut Prakiraan Cuaca di Purbalingga Sabtu 5 April 2025
Imamnya PDIP Jateng
Inti dari kisah itu, lanjut dia, agar kita bangga menjadi Indonesia.
"Tidak perlu meniru Jepang misalnya, yang membanggakan bunuh diri. Kita malah menerapkan teori sublimasi, yang menyerap dan mengubah ancaman menjadi positif. "
Seorang Lansia di Kemangkon Ditemukan Meninggal Dunia di Atap Rumah, Diduga Tersambar Petir |
![]() |
---|
Elf Rombongan Wisatawan Terperosok ke Kebun Teh Usai Plesir di Candi Cetho Karanganyar |
![]() |
---|
Bisa Bahayakan Penerbangan, Polisi Sita 3 Balon Udara yang Diterbangkan Secara Liar di Wonosobo |
![]() |
---|
Lebaran Banyak Makanan Tinggi Kalori, Pemain PSIS Semarang Fokus Pulihkan Fisik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.