Pilbup Rembang 2024

Ketika Anak TK di Rembang Dikerahkan untuk Kampanye Pilkada 2024

TK Darul Fiqri di Desa Pamotan Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, diduga menggunakan anak-anak murid TK untuk melakukan kampanye.

ist/dok pribadi
Pengajar di Rembang Bagikan banner pasangan calon Pilkada 2024 kepada anak-anak TK untuk dipasang di rumahnya. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, REMBANG - TK Darul Fiqri di Desa Pamotan Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, diduga menggunakan anak-anak murid TK untuk melakukan kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada 2024.

Tidak disangka, para anak-anak TK yang seharusnya belajar dengan tenang, diminta pihak sekolah untuk memasang banner salah satu paslon Bupati di Rembang.

Adanya temuan ini berasal dari orang tua murid yang gusar, buntut tindakan sekolah yang mengeluarkan tiga murid TK lantaran enggan milih paslon pilihan sekolah.

Baca juga: Ombudsman Soroti 3 Anak TK Jadi Korban Politik di Rembang Gara-gara Pilkada 2024

Maklum, sekolah tersebut milik yayasan dari anak paslon pada Pilkada Rembang.

Orangtua murid, Bakti Setiadi buka suara dan menceritakan kejadian tersebut kepada awak media.

Bakti Setiadi mengaku resah usai sekolah tersebut berpihak kepada salah satu paslon dan menggunakan anak-anak TK untuk mencari suara.

Kejadian ini terjadi pada 15 November lalu, dia bercerita saat itu anaknya yang usai pulang sekolah tiba-tiba dibawakan banner bergambar salah satu paslon untuk dipajang di sekitar rumah murid.

Baca juga: Kasus 3 Murid TK Jadi Korban Pilkada Rembang: Sekolah Milik Anak Calon Bupati

Saat mengetahui itu, Bakti Setiadi merasa kaget dan tak menyangka.

Dimana sekolah yang seharusnya menjadi tempat para anak-anak menuntut ilmu, malah menjadi sarana untuk mengais suara.

"Anak saya bilang, ini dari sekolah."

"Disuruh guru pasang di dekat rumah, terus difoto sama anaknya terus kirimkan ke sekolah," ujar Bakti Setiadi kepada Tribun, Selasa (26/11/2024).

"Disuruh sekali, tapi punya anak saya tidak saya foto dan saya kirimkan," sambungnya.

Bakti Setiadi juga menunjukan beberapa bukti chat di WhatsApp Group Kelompok TK B Darul Fiqri.

Di mana dari group chat itu berisikan para ortu murid dan para pengajar.

Baca juga: 3 Siswa Jadi Korban Pilkada Rembang, Dikeluarkan Sekolah setelah Orangtua dan Yayasan Beda Pilihan

Bakti Setiadi menunjukan dua foto dalam group itu, yang dikirimkan oleh orang tua murid lainnya.

Pada pesan tersebut berisikan foto banner paslon bupati di Pilkada Rembang yang sudah terpasang berserta gambar anak kecil disamping belakang gambar banner paslon.

Pada foto itu bertuliskan, "Assalamu Alaikum... Bu Ima, Niki postere pak Harno Sampun dipajang fawas didepan rumah," 

Dimana chat tersebut dikirimkan pada 15 November 2024 pukul 06.56 WIB. 

Berselang beberapa jam, pesan tersebut dibalas pada pukul 09.06 dengan tulisan, "Wa'alaikum salam.. nggeh mbk, matur suwun,"

Tak Dukung Keluar dari Sekolah

Pada berita sebelumnya, kuasa hukum para ketiga orang tua murid TK, korban politik di Kabupaten Rembang mengatakan telah mengantongi sejumlah bukti terkait ketiga anak yang dikeluarkan dari sekolah.

"Bukti-bukti itu telah ada, ada beberapa bukti percakapan lewat WhatsApp.

Itu telah dihapus oleh pihak yang bersangkutan," jelas Ahmad Najieh, Senin (25/11/2024).

Untuk itu, pihaknya melakukan pendalaman terhadap bagaimana proses ini berjalan.

Pihaknya akan melakukan pendampingan mulai dari saat ini hingga proses tersebut selesai.

Kendati demikian, Najieh menemukan bukti dari perwakilan sekolah yang menunjukan pengeluaran anak, termasuk pesan yang dikirimkan oleh perwakilan sekolah yang telah dihapus.

"Pada intinya, kalau melihat dari percakapan tersebut."

"Pada prinsipnya dua orang anak TK kalau memang tidak mau memilih maka di blacklist pihak sekolah," ujarnya.

"Tidak ada surat dikeluarkan karena itu bersifat lisan."

"Maka pihak orang tua tahu diri dan akhirnya mengundurkan diri," tambahnya.

Saat ini, pihaknya masih mengumpulkan bukti-bukti termasuk kecurangan pilkada yang dilakukan di lingkungan TK tersebut.

Terkait nasib para ketiga anak itu, saat ini sudah bersekolah di tempat yang baru. 

Diberitakan sebelumnya, Tiga murid TK Darul Fiqri di Dukuh Cikalan, Desa Pamotan, Kecamatan Pamotan, Rembang dikeluarkan dari yayasan lantaran wali muridnya beda pilihan politik dengan pemilik sekolah di Pilkada 2024.

Icha, Bian dan Chaca adalah murid TK Darul Fiqri yang orang tuanya tidak bisa mematuhi perintah pihak yayasan untuk mencoblos salah satu Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Rembang.  

Ambarwati, wali murid dari Icha mengatakan, bahwa dirinya tidak bisa mengikuti perintah pihak TK Darul Fiqri karena sudah mempunyai pilihan Cabup-cawabup sendiri yang sesuai dengan hati nuraninya. 

Karena tetap pada pendiriannya, dan tidak bisa lagi ditawar, dirinya memilih anaknya dikeluarkan dari sekolah. 

"Pada hari Kamis kami didatangi Pak Joko Suryanto sama Bu Umi sama Bu Ima selaku guru anak saya TK. Lah, di situ Pak Joko bilang kalau anaknya yang sekolah di TK Darul Fiqri harus mencoblos nomor urut 02."

"Kalau tidak harus keluar," ucapnya pada Sabtu (23/11/2024).

Ambarwati merasa bahwa pilihan politiknya benar, dan menolak calon yang bertindak semena -mena.

Menurutnya beda pilihan itu wajar, namun, karena pemilik yayasan tetap pada pendiriannya, ya terpaksa anaknya jadi korban.

"Lha saya bilang, kalau dibagi gimana Bu Umi, boleh apa tidak? Kata Bu Umi, tidak boleh harus semua," jelas dia.

Senada, Jamilah orang tua Chaca mengaku kaget usai mengetahui bahwa anaknya di coret dari peserta didik di TK Darul Fiqri

Saat mencoba mengkonfirmasi melalui sambungan telepon kepala TK Darul Fiqri, ia sempat diperintahkan untuk memilih paslon nomor urut 02 namun dirinya menolak. (*)

Baca juga: Ombudsman Soroti 3 Anak TK Jadi Korban Politik di Rembang Gara-gara Pilkada 2024

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved