Berita UMKM Cilacap
Mencicipi Gembus bukan Tempe, Camilan Tradisional Khas Cilacap yang Mirip Donat
Gembus merupakan salah satu camilan tradisional yang sudah tak asing lagi bagi warga Kabupaten Cilacap.
Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: Rustam Aji
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Gembus merupakan salah satu camilan tradisional yang sudah tak asing lagi bagi warga Kabupaten Cilacap.
Gembus ini bukanlah tempe. Uniknya, camilan yang berbahan dasar singkong tersebut sejak dahulu hingga saat ini masih tetap eksis.
Gembus sendiri memiliki julukan sebagai donatnya Cilacap karena memiliki bentuk bulat menyerupai donat.
Namun rasanya justru berbanding terbalik dengan donat yang manis, gembus khas Cilacap memiliki rasa yang asin dan gurih.
Biasanya gembus disajikan dengan pecel namun seringkali juga dijadikan cemilan pendamping seperti teh hangat maupun kopi.
Untuk menemukan gembus sangatlah mudah, karena hampir di setiap ruas jalan di Cilacap terdapat penjaja gembus, baik di dalam kota maupun di pinggiran.
Kemudian para pedagang gembus juga menjajakan dagangannya di acara-acara hiburan seperti pertunjukan wayang kulit, pasar malam maupun di acara hajatan warga.
Mereka biasanya muncul ketika sore hari sekira pukul 16.00 WIB hingga malam hari.
Sentra produksi gembus di Cilacap ada di desa Kalisabuk, kecamatan Kesugihan tepatnya di dusun Brondong.
Disana hampir seluruh warganya berprofesi sebagai produsen sekaligus pedagang gembus.
Mereka berangkat dari rumah sembari membawa peralatan dagangnya, seperti kotak kayu sebagai wadah gembus mentah, kompor kecil dan wajan.
Untuk proses pembuatan gembus pun terbilang mudah. Bahkan mereka membuatnya masih dengan cara tradisional.
Kemudian untuk bahannya juga mudah didapat yakni dari desa sebelah, desa Pesanggrahan yang terkenal sebagai penghasil singkong terbesar di Cilacap.
Untuk proses pembuatan gembus, mulanya singkong dikupas dan dicuci bersih. Setelah itu singkong diparut dan diperas hingga tak berair.
Selanjutnya, ditambahkan dengan bumbu gembus yang terdiri dari ketumbar, bawang putih, dan garam.
Hasil parutan singkong itu kemudian dikukus selama 30 menit - 1 jam.
Selesai dikukus, singkong yang masih panas itu ditumbuk sekira 15 menit agar menjadi adonan yang legit.
Kemudian adonan singkong di potong-potong dan dicetak atau dibentuk menggunakan tangan agar menyerupai donat.
Baru setelah itu dijemur di bawah terik matahari selama 30 menit dan gembus pun siap dijual serta digoreng.
Salah satu pedagang gembus yang ditemui Tribunbanyumas.com di kediamannya di grumbul Brondong yakni Aminudin (56).
Aminudin menjadi satu diantara puluhan pedagang gembus di desa Kalisabuk yang masih memprosuksi gembus ditengah munculnya aneka camilan-camilan lain di Cilacap saat ini.
Dirinya sudah mulai memproduksi gembus sejak tahun 1994 silam atau sekira sudah 30 tahunan.
Awalnya Aminudin hanya sekedar menekuni warisan resep gembus dari mertuanya, namun rupanya kini justru menjadi pekerjaan utamanya.
"Awalnya dulu belajar dari bapak mertua yang juga pedagang gembus, alhamdulillah sudah 30 tahun malah jadi pekerjaan tetap dan bisa menghidupi keluarga," ungkap Aminudin kepada Tribunbanyumas.com
Dibantu istri dan anaknya, Aminudin biasanya memproduksi gembus setiap 2 atau 3 hari sekali.
Dalam sekali produksi, dirinya mampu menghabiskan sekira 40-50 kilogram singkong.
Dirinya biasa menjual gembus yang sudah digoreng dan juga mentah.
Harganya pun cukup murah, gembus dijual dengan harga Rp4500 untuk 10 biji.
Dia biasanya berjualan di Jalan Damar, Cilacap Utara setiap sorenya.
"Sekali produksi biasanya habis 40-50 kilogram singkong, tapi tidak buat setiap hari, kita produksi sehabisnya gembus," kata dia.
Pedagang lainnya Waiyem (65) menceritakan bahwa dirinya sudah berjualan gembus sejak tahun 1986.
Dibantu suaminya, Waiyem biasa berjualan gembus di Kawunganten, Cilacap. Tak jarang dia berjualan juga di acara hiburan serta pasar malam.
Waiyem mengungkapkan bahwa dia mendapatkan resep gembus dari orang tuanya.
"Sudah turun temurun jualan gembus dari orang tua. Adik saya semuanya juga jualan gembus," ungkap Waiyem.
Salah satu pembeli gembus Ani Riyani menuturkan, hingga saat ini gembus masih jadi cemilan favoritnya.
Setiap sore Ani rutin berburu gembus di daerah Kawunganten.
"Setiap hari saya beli gembus, rasanya enak, gurih. Saya lebih suka gembus daripada jajanan lain," tutur Ani.
Yang unik, para pedagang gembua biasanya tidak menggunakan soled untuk membolak-balik atau mengangkat gembusnya.
Namun mereka menggunakan sebuah tusuk besi panjang, karena gembus ini berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya seperti donat.
Sehingga ketika mengangkat atau membolak-balikannya, besi tinggal ditusukkan saja ke lubang tengahnya.
Gembus sangatlah cocok untuk cemilan sore menyambut dinginnya udara malam.
Meskipun saat ini sudah banyak cemilan kekinian namun gembus tetaplah menjadi cemilan primadona bagi masyarakat Cilacap. (pnk)
Tak Hanya Batalkan Kenaikan Pajak PBB-P2, Bupati Pati Sudewo Juga Batalkan Kebijakan 5 Hari Sekolah |
![]() |
---|
Bupati Pati Sudewo Tak Gentar Datangi Posko Aliansi meski Diteriaki “Lengser” hingga Dilempar Botol |
![]() |
---|
Mahasiswa KKN Posko 41 UIN Walisongo Semarang Tebar Wakaf Alquran 6000 Mushaf di Kendal |
![]() |
---|
Siswa Baru SMA di Purwokerto Tunjukkan Tanda Kecemasan, Diduga Alami Perundungan saat MPLS |
![]() |
---|
Dugaan Perundungan di SMA Purwokerto, Kepala Sekolah: Belum Bisa Pastikan Terjadi di MPLS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.