Konflik Israel Palestina

Main Aman, Mesir Tutup Wilayah Udara dan Ogah 'Lindungi' Israel usai Diancam Iran

Kairo memberitahu Teheran bahwa mereka berkomitmen untuk menutup wilayah udaranya dalam menghadapi aksi militer apa pun yang mengancam wilayahnya

Editor: Rustam Aji
KEMAL ASLAN / AFP
GELAR DEMO - Demonstran pro-Palestina melambaikan bendera Palestina saat mereka ambil bagian dalam unjuk rasa untuk memprotes kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, setelah salat Isya di distrik Fatih, Istanbul, pada 31 Juli 2024. Hamas mengatakan pada 31 Juli 2024, pemimpin politiknya Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Iran, saat ia menghadiri pelantikan presiden baru, dan bersumpah bahwa tindakan itu "tidak akan dibiarkan begitu saja". 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Negara Mesir memilih cari posisi aman dengan memberi tahu Israel dan Iran bahwa mereka tidak akan terlibat dalam eskalasi baru-baru ini.

"Kairo memberitahu Teheran bahwa mereka berkomitmen untuk menutup wilayah udaranya dalam menghadapi aksi militer apa pun yang mengancam situasi di wilayah tersebut," lapor Al Araby, Senin (5/8/2024).

Mesir menegaskan akan mempertahankan kedaulatan dan akan menghindari permusuhan dengan Iran.

Laporan tersebut juga mengklaim Mesir memberi tahu delegasi Israel yang mengunjungi Kairo pada Sabtu (3/8/2024), bahwa Mesir tidak akan menjadi bagian dari aksi militer tersebut.

"Kairo meyakinkan Tel Aviv bahwa mereka tidak akan menjadi bagian dari poros militer yang ikut serta dalam menangkis kemungkinan serangan terhadap Israel," kata laporan itu.

Pada Jumat (2/8/2024), Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdel Ati, menelepon calon Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani, untuk menanggapi kemungkinan serangan Iran terhadap Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7/2024).

"Panggilan telepon itu bertujuan menahan eskalasi saat ini dan mengurangi intensitas ketegangan yang terjadi di kawasan, di tengah antisipasi sifat kemungkinan serangan Iran di kawasan," kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam pernyataannya.

Abdel-Ati menekankan perkembangan terkini yang terjadi di kawasan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat berbahaya.

Hal ini mengancam perluasan cakupan konflik dengan cara yang mengancam stabilitas negara-negara di kawasan, terutama Mesir.

"Semua pihak harus bersikap tenang dan menahan diri untuk mencegah situasi meningkat di luar kendali," kata Abdel-Ati.

Menurut pernyataan Mesir, calon Menteri Luar Negeri Iran, menghargai inisiatif Mesir untuk berkomunikasi, dan ketertarikannya terhadap keamanan dan stabilitas kawasan.

Memanasnya situasi ini menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang akan membalas pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 02.00 waktu setempat, dikutip dari Anadolu Agency.

Selain itu, Hizbullah juga mengindikasikan untuk membalas pembunuhan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, pada Selasa (30/7/2024) malam, pekan lalu.

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.583 jiwa dan 91.398 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (4/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved