Berita Internasional

Catatkan Kecelakaan Terbanyak, Maskapai dari Nepal Dilarang Terbang di Wilayah Eropa

Semua maskapai penerbangan Nepal dilarang memasuki wilayah udara negara Uni Eropa akibat banyaknya kasus kecelakaan penerbangan.

Editor: rika irawati
AFP/PRAKASH MATHEMA
Personel Angkatan Darat dan pejabat lain berdiri di sekitar puing-puing pesawat Saurya Airlines yang jatuh saat lepas landas di Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu, Nepal, Rabu (24/7/2024). Kecelakaan ini mengakibatkan 18 orang tewas, hanya pilot yang selamat. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Semua maskapai penerbangan Nepal dilarang memasuki wilayah udara negara Uni Eropa akibat banyaknya kasus kecelakaan penerbangan.

Terbaru, kecelakaan yang dialami Saurya Airlines pada Rabu (24/7/2024) dan menewaskan 18 orang.

Larangan itu dikeluarkan Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa.

Nepal dinilai gagal mematuhi standar keselamatan penerbangan internasional yang berlaku.

Bahkan, hampir setiap tahun terjadi kecelakaan pesawat terbang di negara tersebut dengan korban jiwa cukup banyak.

Pada Januari 2023, misalnya. Pesawat Yeti Airlines jatuh di dekat Pokhara.

Insiden ini mengakibatkan sedikitnya 72 orang tewas.

Baca juga: Pesawat Saurya Airlines Nepal Terbalik dan Terbakar saat Lepas Landas, Hanya Pilot yang Selamat

Penyelidik pemerintah menyebut, pilot pesawat secara tidak sengaja memutus aliran listrik.

Sementara, pada tahun 1992, seluruh penumpang, 167 orang, dalam pesawat Pakistan International Airlines menuju Kathmandu tewas saat pesawat Airbus itu jatuh dalam perjalanan mendekati bandara.

Sejak tahun 2000, lebih dari 350 orang tewas di Nepal dalam 19 kecelakaan udara yang berbeda.

Penyebab Kecelakaan

Ketua dan direktur pendiri firma konsultan penerbangan AvLaw, Profesor Ron Bartch mengungkapkan, satu di antara penyebab catatan maskapai Nepal terburuk adalah Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN) bukan regulator keselamatan yang memiliki sumber daya yang sangat baik.

Selain itu, kata Bartch kepada Insider, medan pegunungan Nepal, cuaca yang tak menentu, serta landasan pacu yang terpencil, menyebabkan kawasan tersebut tidak aman untuk penerbangan.

"Ketinggian Kathmandu menciptakan lingkungan operasi yang menantang," ujar Bartch.

Artinya, jarak yang lebih jauh dan kecepatan pendekatan yang lebih cepat diperlukan untuk lepas landas serta mendarat.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved