Berita Banjarnegara

UKT tak Berpihak ke Anak Miskin, Fitra Putri Supir Angkot di Wonosobo Mundur Kuliah di UIN Gusdur

Anak itu harus ikhlas mengubur mimpinya untuk kuliah karena tak mampu membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Editor: khoirul muzaki
Istimewa
Keluarga Fitra Faradilla calon mahasiswi UIN yang terancam kandas karena biaya 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- Kemiskinan sering kali membuat ketidakpercayaan diri, dan ujungnya menutup peluang-peluang untuk mengubah nasib.

Paling tidak hal itulah yang terjadi pada Fitra Faradilla, siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara.

Anak itu harus ikhlas mengubur mimpinya untuk kuliah karena tak mampu membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Fitra dinyatakan diterima di S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan.

Karena takut dengan biaya kuliah yang tinggi, Fitra tidak mengisi data awal untuk menentukan UKT.

Baca juga: Peran Guru PAI di Tengah Letupan Informasi Siswa Generasi Z, Tepis Isu Hoaks Atas Nama Agama

Tetapi hal tersebut justru membuatnya terkena UKT, 4.700.000. Upayanya dibantu sekolah mengajukan surat banding untuk mendapatkan UKT terendah pun kandas setelah ditolak oleh Rektor UIN Gus Dur.


Fitra merupakan putri dari Riyoto, supir angkot di Wonosobo. Selama sekolah di SMA, Fitra bebas biaya sebagaimana siswa SMA negeri lainnya.

Namun untuk bisa kuliah, Fitra sepertinya tinggal menunggu keajaiban. Ia sadar dari lahir di keluarga kurang mampu. Anak itu juga tidak ingin membebani orang tua yang sudah punya banyak tanggungan. 


“Saya ikhlas kalau tidak bisa kuliah, mungkin nanti ada jalan lain. Orang tua saya juga sepertinya masih ada tanggungan cicilan sehingga tidak berani kalau harus hutang-hutang lagi,”ungkap Fitra.


Pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha membantu Fitra. Humas SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara Heni Purwono mengatakan, pihak sekolah sudah berusaha menyurati Rektor untuk meminta keringanan UKT, namun ternyata ditolak.


“Kalau saja ada pengurangan biaya UKT dari UIN Gus Dur, katakanlah Fitra mendapat UKT 500 ribu atau satu juta saja, sekolah pasti akan membantu. Karena nanti kan juga kita harus membantu untuk biaya kost dan lain-lain. Jadi sangat berat kalau UKT nya 4,7 juta,” jelas Heni.

Baca juga: Korban Masih Koma, Penyebab Pria Berlumpur Tergeletak di Tepi Sungai Babon Semarang Masih Gelap


Itupun, tambah Heni, belum tentu menjadi solusi permanen, karena belum tentu Fitra ke depan memperoleh biaya KIP KUliah.


“Fitra kan sebenarnya mendaftar dengan KIP Kuliah, namun karena di UIN sistemnya KIP Kuliah bisa diakses setelah siswa menjalani kuliah, sehingga di semester satu ya tetap bayar UKT,” jelas Heni.


Heni berharap ada kebijakan diskresi dari Rektor UIN Gus Dur untuk memberikan Fitra UKT terrendah di semester 1.


“Kami sih masih berharap Rektor UIN Gus Dur memberikan keringanan meskipun sudah ada surat penolakan. Saya yakin kampus ini sama seperti Gus Dur yang menjunjung tinggi inklusivitas, memberikan kesempatan kepada semua warga negara untuk bisa berkuliah, termasuk bagi warga yang kurang mampu seperti Fitra. Karena di DTKS, keluarga Fitra ada di Desil 2, kriteria nomor 2 paling miskin,” harap Heni.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved