Perang Palestina Israel

Dimediatori Qatar, Hamas Ingin Gencatan Senjata Permanen. Israel Masih Bertekad Serang Gaza Selatan

Hamas berharap ada gencatan senjata permanen di tengah keinginan Israel yang ingin terus melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza selatan.

Editor: rika irawati
AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu (8/11/2023). Hamas berharap ada gencatan senjata permanen di tengah keinginan Israel yang ingin terus melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza selatan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, GAZA - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina, terus diupayakan berbagai pihak.

Terbaru, lewat mediasi Qatar, Hamas menginginkan gencatan senjata secara permanen.

Hal ini diungkapkan pejabat senior Hamas, Suhail Al Hindi, Rabu (1/5/2024).

Saat ini, Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata 40 hari dan pertukaran sejumlah sandera dengan Israel.

Berbicara kepada kantor berita AFP melalui telepon, Hindi menyampaikan bahwa masih terlalu dini mengatakan apakah utusan Hamas, yang telah kembali dari pembicaraan di Cairo, ke markas mereka di Qatar, merasakan adanya kemajuan.

Dia menekankan, tujuan Hamas adalah mengakhiri perang ini.

Akan tetapi, harapan Hamas ini bertentangan dengan tekad Israel untuk terus melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza selatan.

Baca juga: Sehari Jelang Idulfitri, TNI AU Terjunkan 20 Paket Bantuan Makanan dan Obat-obatan bagi Warga Gaza

Salah satu sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengungkapkan, Qatar, selaku mediator, mengharapkan tanggapan dari Hamas dalam satu atau dua hari.

Sumber tersebut juga mengatakan, usulan Israel berisi konsesi nyata, termasuk periode tenang berkelanjutan setelah jeda awal dalam pertempuran dan pertukaran sandera serta tahanan.

Kemudian, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, kemungkinan besar masih menjadi perdebatan.

Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP, pemerintah akan menunggu jawaban hingga Rabu (1/5/2024) malam, dan memutuskan apakah akan mengirim utusan ke Cairo untuk mencapai kesepakatan.

Sementara, pada Selasa (30/4/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, ia tetap berniat mengerahkan pasukan ke Rafah meskipun dunia khawatir mengenai keselamatan 1,5 juta warga sipil yang berlindung di kota paling selatan di Gaza itu.

Baca juga: AS Upayakan Gencana Senjata Israel dan Hamas, Usulkan Pertukaran Sandera dan Pengiriman Bantuan

Perang Israel-Hamas terakhir ini pecah pada 7 Oktober 2023.

Menurut perhitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel, serangan Hamas ke Israel selatan ini mengakibatkan kematian 1.170 orang.

Sementara, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, serangan balasan Israel kemudian menewaskan sedikitnya 34.568 orang di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved