Sejarah Nusantara

Profil KH Asnawi Trah Sunan Kudus yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Menimba Ilmu di Makkah

Sejak kecil Asnawi telah mendalami ilmu agama dengan berbagai ulama Nusantara. Dia juga pernah menempuh perjalanan keilmuan di Makkah selama 20 tahun.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: khoirul muzaki
Rezanda Akbar/Tribun Jateng
Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus/ 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS – Pemerintah Kabupaten Kudus akan mengusulkan KH Raden Asnawi sebagai pahlawan nasional.

Selaras dengan hal tersebut Penjabat (Pj) Bupati Kudus Muhammad Hasan Chabibie telah menandatangani pembentukan tim pengusulan KHR Asnawi sebagai pahlawan nasional.

“Kepada keluarga besar Menara saya mohon izin, kepada masyarakat Kudus keseluruhan kemarin beberapa waktu lalu saya tandatangani usulan dan pembentukan tim untuk menjadikan KH R Asnawi sebagai pahlawan nasional,” kata Hasan Chabibie.

Beberapa tokoh di Kudus telah dimintai restu perihal pengajuan KHR Asnawi sebagai pahlawan nasional. Apalagi, katanya, sebagian besar santri di Kudus sanad keilmuannya menyambung sampai ke Kiai Asnawi.

“Saya mohon restu semua, dari Pemerintah Kabupaten Kudus untuk mendukung bagaimana caranya nanti KHR Asnawi bisa dinobatkan sebagai pahlawan nasional,” kata Hasan.

Diketahui Kiai Asnawi memiliki nama asli raden Syamsi. Asnawi merupakan nama yang didapat setelah ibadah haji.

Baca juga: KIT Batang Raih Pendapatan Rp 966 Miliar di Tahun 2023, Ini Penjelasannya

Sebelumnya dia juga pernah dipanggil Ilyas ketika pertama berangkat haji pertama disambung dengan belajar di Makkah.

Kiai Asnawi merupakan keturunan ke-14 Sunan Kudus dan keturunan kelima Kiai Mutamakkin Kajen Pati. Kiai Asnawi lahir pada 1281H/1861 M di Damaran Kudus. Dia merupakan putra dari pasangan pengusaha konveksi di Kudus yaitu H Abdullah Husnin dan R Sarbinah.

Sejak kecil Asnawi telah mendalami ilmu agama dengan berbagai ulama Nusantara. Dia juga pernah menempuh perjalanan keilmuan di Makkah selama 20 tahun.

Selama di Tanah Suci itu dia tinggal di kediaman Syekh Hamid Manan yang juga berasal dari Kudus. Saat di Makkah dia menikah dengan Nyai Hamdanah yang merupakan janda dari Syekh Nawawi al-Bantani.

Pada tahun 1916 Kiai Asnawi pulang ke tanah air. Di mendirikan madrasah di kawasan Menara yaitu Madrasah Qudsiyyah. Dia juga pernah tergabung dalam pergerakan Sarekat Islam (SI). Pada 1918 dia diamanahi sebagai penasehat SI di Kudus.

Baca juga: Hamengkubuwana II Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Punya Jejak di Wonosobo

Sosok Kiai Asnawi juga dikenal sebagai ulama anti penjajah. Dia menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah Belanda maupun Jepang kepada para santrinya. Saat pendudukan Jepang, Kiai Asnawi bahkan pernah dituduh menyimpan senjata api. Alhasil rumah dan pondoknya dikepung oleh tentara Jepang. Asnawi dibawa ke markas di Pati.

Kiai Asnawi wafat di usia 98 tahun tepatnya pada 26 Desember 1959/25 Jumadil Akhir 1378. Jasadnya dimakamkan di belakang Masjid Menara Kudus atau satu kompleks dengan Makam Sunan Kudus.

Di antara yang bisa dikenang dari Kiai Asnawi yaitu selawat Asnawiyah. Selawat yang sarat akan dinilai cinta tanah air.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved