Perang Palestina Israel

Dampak Serangan Israel ke Sekitar RS, 2 Bayi Prematur Tewas dan 37 Bayi Lain Kritis di Inkubator

Dua bayi di RS Al-Shifa meninggal dunia kekurangan oksigen akibat unit perawatan intensif neonatal berhenti bekerja karena kekurangan listrik.

Editor: rika irawati
AFP/MAHMUD HAMS
Anggota al-Zanati, keluarga yang terbunuh setelah serangan Israel, dibawa ke kendaraan yang menunggu untuk dibawa ke pemakaman untuk dimakamkan di Khan Yunis, Senin (23/10/2023). Serangan Israel ke fasilitas kesehatan rumah sakit membuat dua bayi prematur tewas dan 37 lainnya terancam meninggal akibat inkubator mereka kekurangan listrik. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Serangan Israel di sekitar fasilitas kesehatan tak hanya membunuh pasien dewasa tetapi juga bayi dan anak-anak.

Dua bayi di RS Al-Shifa meninggal dunia kekurangan oksigen akibat unit perawatan intensif neonatal berhenti bekerja karena kekurangan listrik.

Sementara, 37 bayi lainnya terancam meninggal jika inkubator tempat mereka dirawat tak bisa tetap beroperasi jika rumah sakit kehabisan bahan bakar.

"Sayangnya, kami kehilangan dua dari 39 bayi karena pemadaman listrik," kata Direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya, dikutip Tribunnews.com dari Al Jazeera, Minggu (12/11/2023) WIB.

Baca juga: Tentara Israel Hujani Rumah Sakit Indonesia di Gaza dengan Rudal, Begini Nasib Pasien dan Relawan

Abu Salmiya mengatakan, bayi-bayi prematur ini sangat membutuhkan perawatan intensif.

"Kita berbicara tentang bayi prematur yang memerlukan perawatan sangat intensif," jelasnya.

Ia menjelaskan, kedua bayi prematur yang meninggal dunia ini dikarenakan pasokan listrik yang habis membuat suhu hangat dan aliran oksigen di inkubator tidak dapat berfungsi.

"Mereka meninggal karena suhu rendah dan kekurangan oksigen. Kami sekarang menggunakan metode primitif untuk menjaga mereka tetap hidup," jelas Abu Salmiya.

RS Al-Shifa memiliki pasokan listrik sedikit yang hanya cukup hingga pagi ini.

"Kami punya listrik sampai pagi. Begitu listrik padam, bayi-bayi yang baru lahir ini akan meninggal sama seperti anak-anak lainnya," terang Abu Salmiya.

Seorang ahli bedah di RS Al-Shifa mengatakan, seorang pasien dewasa yang harus dibantu menggunakan alat ventilator juga meninggal dunia karena kurangnya pasokan listrik.

Obied mengatakan, saat ini, membutuhkan bantuan untuk mengevakuasi 600 pasien rawat inap di RS Al-Shifa.

"Kami ingin seseorang memberi kami jaminan bahwa mereka dapat mengevakuasi pasien, karena kami memiliki sekitar 600 pasien rawat inap," katanya, dalam rekaman audio yang diposting oleh badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF).

Orangtua Terpisah dari Bayi Prematur

Ayah dari dua bayi prematur Mira dan Dahab, Ismail Yassin megatakan, ia harus terpisah dengan bayinya yang berusia 33 hari.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved