Berita Jateng
Rumah Anak SIGAP Beri Pemahaman Pengasuhan Anak untuk Cegah Stunting di Banyumas
Presentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif oleh para ibu menyusui di Kabupaten Banyumas mencapai 60 persen.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Presentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif oleh para ibu menyusui di Kabupaten Banyumas mencapai 60 persen.
Angka tersebut dapat dikatakan cukup tinggi untuk pemberian ASI dasar anak dimulai 0 sampai 2 tahun.
Sayangnya hasil kajian tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) Kabupaten Banyumas kondisi anak gagal tumbuh bisa dilihat dari usia 0 sampai 6 bulan.
Hasil audit diseminasi stunting, gangguan gagal tumbuh bayi di Banyumas diidentifikasi sejak bayi baru lahir.
Tim AKS, dr. Agus Fitrianto mengatakan pentingnya asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan.
Sebagai wujud intervensi akan pentingnya nutrisi dan gizi di 1.000 hari pertama, Pemkab Banyumas bersama Tanoto Foundation mendirikan Rumah Anak Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP).
Pilot Project Rumah SIGAP berada di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Dua Warga Kebumen Diamankan, Puluhan Botol Miras Disita
Kades Sokawera, Mukhayat mengatakan ada sekitar 114 anak di desanya yang berpotensi stunting.
"Dari 114 ini masuk kategori stuntid dan kurang lebih 10 persen berpotensi menuju stunting.
Kondisi mereka adalah terkait pola makan misalnya males makan, kedua adalah protein yang kurang seperti protein hewani," ujarnya.
Keberadaan Rumah SIGAP menjadi rumah pusat layanan pengasuhan stimulasi dan pembelajaran dini bagi anak usia 0-3 tahun.
Indikasi bayi gagal tumbuh dapat dilihat dari sejak lahir.
Misalnya berat bayi kurang 2.500 gram dengan panjang kurang dari 48 centimeter.
Faktornya bisa saja karena di usia 0 sampai 6 bulan kurang asupan ASI.
Sehingga diperlukan intervensi pemberian makanan tambahan.
Data status gizi bayi bawah dua tahun (Baduta) umur 0 - 23 bulan di Banyumas berdasarkan penimbangan Februari menunjukan ada sebanyak 760 baduta sangat pendek.
Kemudian baduta pendek ada 2.412, dan baduta stunted ada sebanyak 3.172.
"Jenis kelamin bayi yang terkena gagal tumbuh rata-rata adalah bayi perempuan atau 60 persen.
Dari angka 60 persen bayi yang gagal tumbuh itu seperempatnya berawal dari bayi-bayi yang lahir prematur," ujar dr. Agus Fitrianto kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (11/10/2023).
Oleh karena itu dr. Agus Fitrianto merekomendasikan agar dapat meningkatkan gizi dan nutrisi yang dimakan ibu hamil dan ibu menyusui.
Rumah SIGAP adalah program percepatan penurunan stunting di Banyumas.
Distrik Koordinator Tanoto Foundation, Agus Purwanto mengatakan salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pemberian materi kepada ibu hamil.
Rumah Anak SIGAP didirikan dengan mengembangkan model layanan yang bertujuan membekali keluarga agar mampu memberikan pengasuhan yang mendukung.
Terutama pada tumbuh kembang optimal anak usia 0-3 tahun secara menyeluruh dan terintegrasi dengan layanan kebutuhan esensial anak lainnya.
Ragam layanan yang tersedia di Rumah Anak SIGAP ditujukan memastikan anak-anak usia 0-3 tahun berkembang sesuai dengan usia mereka.
Dengan meningkatkan keterampilan orang tua atau pengasuh dalam praktik pengasuhan yang berbasis pemenuhan hak anak.
Layanan tersebut meliputi kegiatan kelompok pengasuhan tematik, kegiatan stimulasi dengan bermain, pendampingan individual (orang tua dan anak), kunjungan rumah, dan beragam kegiatan pendukung lainnya.
Mereka yang terlibat adalah para kader posyandu dibantu oleh 12 orang fasilitator.
Tugas fasilitator adalah membuka layanan kelas kuliah umum, kelas tematik, kunjungan rumah hingga ke pendampingan individu
Kelas diberikan kepada orangtua dan anak yang berusia 0 sampai 6 bulan, 6 sampai 12 bulan, 12 sampai 24 bulan dan 24 sampai 36 bulan serta ibu hamil.
"Ada kelas ibu hamil, utamanya adalah ada materi pengasuhan hak anak dan lain sebagainya.
Ada ahli gizi untuk curhat masalah anak dan gizi.
Jadi Senin sampai Jumat ada kelas dan semuanya gratis," kata Agus Purwanto.
Dalam sehari ada kurang lebih 10 anak beserta orangtua mereka yang rutin mengikuti pelatihan dan kelas pembelajaran pengasuhan anak.
Sebelumnya, pada Juli 2022 Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sempat meresmikan Rumah Anak SIGAP di Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.
Terdapat total empat Rumah Anak SIGAP yang menjadi kolaborasi Tanoto Foundation bersama Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yaitu di Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Tegal.
Selain Rumah Anak SIGAP, program Tanoto Foundation di Jawa Tengah meliputi peningkatan kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader.
Berdasarkan data terbaru prevalensi stunting di Kabupaten Banyumas menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kabupaten Banyumas turun dari 21,6 persen di tahun 2021 ke angka 16,6 persen pada tahun 2022.
Agar dapat mencapai target nasional penurunan angka stunting menjadi 14 persen tetap dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry, mengatakan upaya pencegahan stunting dapat dilakukan dari keluarga melalui perbaikan pola makan, pola hidup bersih dan sehat, serta pola asuh.
Baca juga: 24 Pelaku Curanmor di Banyumas Ditangkap, Sasar Indekos
"Melalui program Rumah Anak SIGAP, kita berharap orang tua mendapatkan edukasi dan informasi seputar pengasuhan sehingga khususnya usia 0-3 tahun," terangnya.
Masa-masa ini merupakan usia krusial anak perlu mendapatkan gizi dan stimulasi yang cukup.
Sehingga tumbuh kembangnya dapat optimal dan tidak menjadi stunting.
Ketua Tim Pengendalian Percepatan Stunting (TPPS) Kabupaten Banyumas, Sadewo Tri Lastiono mengatakan stunting harus diselesaikan semua pihak.
"Dari tahun 2021 kasus stunting di Banyumas adalah 21,5 persen.
Kemudian turun di 2022 menjadi 16,6 persen berdasarkan survey dari status gizi Indonesia," jelasnya.
Sadewo mengatakan 1 sampai 2 dari 10 anak di Banyumas berpotensi bertubuh pendek.
Sementara itu Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Krisianto mengatakan audit dilakukan selama Februari hingga Agustus.
Kabupaten Banyumas sendiri mentargetkan menurunkan angka stuntid hingga di angka 8 persen jauh dari target nasional di angka 14 persen.
Tim Percepatan Stunting Banyumas sudah setidaknya mengintervensi 50 persen baduta.
Tim Percepatan Kasus Stunting Banyumas mencoba melakukan intervensi secara langsung agar dapat menurunkan angka anak gagal tumbuh tersebut.
Baca juga: Lebih Irit, 400 Petani Purbalingga Terima Bantuan Pompa Air Bahan Bakar Gas
Ada dua jenis intervensi yang dilakukan yaitu intervensi sensitif dan intervensi spesifik.
Intervensi sensitif adalah berupa perbaikan sanitasi, membuat jamban sehat, termasuk juga edukasi pola asuh.
Sementara intervensi spesifik adalah contohnya adalah dengan pemberian makanan tambahan.
"Kita mendirikan dapur sehat yang memasak khusus untuk baduta, memberilkan nasi lauk pauk, memastikan makanan benar-benar dimakan anak tersebut," katanya.
Tim Pengendalian Percepatan Stunting (TPPS) Kabupaten Banyumas dengan seluruh OPD memegang satu kecamatan di Banyumas untuk sama-sama membantu. (jti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.