Berita Jateng

Satu Tewas dalam Perang Sarung di Tegal, Belasan Remaja Ditangkap, Tidak Hanya Satu Kali Terjadi

Korban tewas dalam perang sarung kembali terjadi, kali ini di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

ist/dok polres wonosobo
Ilustrasi sarung yang digunakan untuk perang sarung. Polisi menangkap remaja beserta barang bukti sarung. Seorang remaja di Pagerbarang, Tegal tewas usai perang sarung. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Korban tewas dalam perang sarung kembali terjadi, kali ini di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Padahal, kepolisian hingga tingkat Polda Jawa Tengah telah mengimbau baik kepada remaja dan orangtua agar mengawasi anaknya agar tidak terlibat dalam perang sarung.

Sudah ada korban tewas dalam perang sarung yang marak dilakukan remaja ini, tidak hanya satu atau dua korban jiwa.

Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBanyumas.com, perang sarung yang berujung kematian terjadi di Desa Randusari, Pagerbarang, Kabupaten Tegal.

Baca juga: Dikira Anggota Gangster Purbalingga Bawa Parang, Ternyata Pelajar Hendak Perang Sarung

Korban tewas berinisial TS warga Desa Randusari, Pagerbarang.

Korban merupakan pelajar SMP di Pagerbarang Kabupaten Tegal.

Jenazah korban telah dibawa ke RSUD Soesilo Slawi untuk dilakukan autopsi.

Hingga saat ini, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan.

TribunBanyumas.com masih mencari konfirmasi ke pihak terkait atas kejadian ini.

Kasus Kematian Perang Sarung Berulang

Korban tewas akibat perang sarung sebetulnya pernah terjadi di Kabupaten Tegal pada tahun lalu.

Oleh karena itu, pada tahun ini, tak mau kecolongan lagi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tegal mulai melakukan upaya pencegahan perang sarung yang biasa terjadi saat Ramadan.

Tahun lalu, tradisi yang marak terjadi saat Ramadan itu menewaskan seorang pelajar di Tegal.

Juga, beberapa kali dilaporkan menimbulkan korban cedera.

Kepala Disdikbud Kabupaten Tegal, Akhmad Was'ari mengatakan, pihaknya akan mengaktifkan program buku kegiatan Ramadan.

Dalam program ini, siswa wajib mencatat kegiatan atau aktivitas keseharian selama Ramadan di buku tersebut.

"Di buku kegiatan Ramadan ini, agenda siswa tersusun jelas sehingga nantinya, setiap pagi, wajib melaporkan hasilnya ke bapak atau ibu guru masing-masing."

"Dari sini lah, kami bisa melakukan monitoring, pengecekan, apakah siswa menjalankan tugas secara baik atau tidak," ungkap Was'ari kepada TribunBanyumas.com, baru-baru ini.

Was'ari menegaskan, ia sudah menginstruksikan guru atau pengajar agar rutin melakukan pengecekan buku kegiatan Ramadan milik siswanya.

Apakah siswa benar-benar melaksanakan agenda sesuai yang tertera dalam buku kegiatan Ramadan atau tidak.

Selain itu, guru juga harus bisa memastikan laporan siswa benar-benar dilaksanakan.

"Ya, semisal tadi malam salat tarawih dimana, kemudian mengikuti kuliah subuh dimana, dan lain sebagainya."

"Intinya, kami akan terus melakukan upaya-upaya agar peristiwa tawuran atau perang sarung jangan sampai terulang lagi," ujar Was'ari. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved