Berita Banyumas

Masjid Baitussalam Saka Tunggal Banyumas, Sudah Ada Sejak 1288, Dibangun Jauh Sebelum Era Wali Songo

Dinamakan Masjid Saka Tunggal, karena hanya mempunyai saka tunggal (satu tiang penyangga). Tiang penyangga utama berada di tengah bangunan utama.

Permata Putra Sejati/TribunBanyumas.com
Seorang pengunjung tengah mengagumi struktur bangunan Masjid Saka Tunggal, Wangon, Banyumas. Dinamakan Masjid Saka Tunggal, karena hanya mempunyai saka tunggal (satu tiang penyangga). Tiang penyangga utama berada di tengah bangunan utama masjid. Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Orang-orang mengenalnya dengan sebutan Masjid Saka Tunggal.

Nama aslinya Masjid Baitussalam.

Dinamakan Masjid Saka Tunggal, karena hanya mempunyai saka tunggal (satu tiang penyangga).

Tiang penyangga utama berada di tengah bangunan utama masjid.

Baca juga: Diduga Kelaparan, Kera Ekor Panjang di Kompleks Masjid Saka Tunggal Banyumas Serbu Pemukiman Warga

Seorang pengunjung sedang berada di Masjid Baitussalam, Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jumat (16/4/2021).
Seorang pengunjung sedang berada di Masjid Baitussalam, Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jumat (16/4/2021). (TRIBUN BANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI)

Saka itu memiliki empat sayap.

Saka juga dlindungi dengan kaca guna melindungi sentuhan jahil tangan pengunjung

Terdapat bagian tulisan tahun pendirian masjid tersebut.

Berdasarkan prasasti yang terukir di saka tunggal, tertulis masjid didirikan tahun 1288 M.

Luas ukuran Masjid sekira 12 x 18 meter.

Baca juga: Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Dibuka Mulai 28 Februari, Pemkot Siapkan Shuttle Berbayar dari 2 Titik

Diklaim menjadi satu-satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Songo.

Banyak yang mempercayai Masjid Saka Tunggal yang berada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia.

Bentuk bangunan masjid sangat unik, lain dari pada masjid pada umumnya.

Beratapkan ijuk serta sebagian dindingnya dari anyaman bambu.

Baca juga: Mengintip Sejarah Masjid Tertua di Banyumas, Warga Menyebutnya Saka Tunggal, Dibangun 1288 Masehi

Kalau berkunjung ke sana suasana sekitar masjid begitu kental nuansa pedesaan.

Kanan dan kirinya dikelilingi perbukitan tempat tinggal para kera liar.

Mbah Mustolih

Sejarah Masjid Saka tunggal senantiasa terkait dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang hidup dalam Kesultanan Mataram Kuno.

Tidak heran bila unsur Kejawen masih melekat.

Baca juga: Wisuda Diantar Sang Ayah Naik Becak, Ema Raih IPK 3,46 di UMP Banyumas

Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih menjadikan Cikakak sebagai tempat ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut.

Beliau dimakamkan tak jauh dari Masjid Saka Tunggal.

Serangkaian tradisi masih sering dilaksakan di Masjid Saka Tunggal.

Seperti Zikir dan melantunkan kidung jawa.

Baca juga: Perjuangan Tukang Sol di Purwokerto Banyumas Naik Haji, Banting Tulang Kumpulkan Uang 15 Tahun

Misalnya, selama menunggu waktu salat Jumat, para jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan berselawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa.

Sampai saat ini, Masjid Saka Tunggal tidak menggunakan pengeras suara.

Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.

Salah satu keunikan Saka Tunggal adalah empat helai sayap dari kayu di tengah saka.

Juru Kunci Masjid Saka Tunggal, Sulam (50) mengatakan empat sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan 'papat kiblat lima pancer', atau empat mata angin dan satu pusat.

Baca juga: HUT Banyumas 452 Tahun Usung Slogan Tatag Teteg Tutug, Apa Maknanya?

Papat kiblat lima pancer berarti manusia sebagai pancer dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi.

"Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus.

Jangan bengkok, jangan nakal, jangan berbohong.

Kalau bengkok, maka bukan lagi manusia," ujarnya kepada TribunBanyumas.com, Senin (27/2/2023).

Baca juga: Pimpin Upacara HUT Kabupaten Banyumas, Bupati Husein Minta Maaf: Nyong Njaluk Pangapurane

Menurut Sulam, Saka guru yang menjadi tiang utama masjid sama sekali tidak pernah direnovasi.

Keaslian yang masih terpelihara terlihat dari ornamen di ruang utama, khususnya di mimbar khotbah dan imam.

Keberadaan Kera Liar

Ada dua ukiran di kayu yang bergambar nyala sinar matahari.

Gambar seperti ini banyak ditemukan pada bangunan-bangunan kuno era Singasari dan Majapahit.

Baca juga: Bikin Takjub Warga! Atraksi Aero Modeling Hiasi Langit Purwokerto, Meriahkan HUT Kabupaten Banyumas

Pengunjung saat memberi makan kumpulan kera yang berada di warung dekat Masjid Saka Tunggal, Wangon, Banyumas, Rabu (9/9/2020).
Pengunjung saat memberi makan kumpulan kera yang berada di warung dekat Masjid Saka Tunggal, Wangon, Banyumas, Rabu (9/9/2020). (TRIBUNBANYUMAS.COM/PERMATA PUTRA SEJATI)

Kekhasan yang lain adalah atap dari ijuk kelapa berwarna hitam.

Atap seperti ini mengingatkan bangunan pura zaman Majapahit atau tempat ibadah umat Hindu di Bali.

Tempat wudu pun juga masih bernuansa zaman awal didirikan meskipun dindingnya sudah diganti dengan tembok.

Sejak tahun 1965 masjid ini sudah dua kali dipugar.

Selain dinding tembok, juga diberi dinding anyaman bambu serta lapisan atap seng, Meski sebagian dinding telah direhab dengan tembok, tetapi arsitektur masjid tetap tidak diubah.

Sehingga tidak ada perbedaan bentuk yang berarti dari awal berdiri hingga sekarang.

Sedangkan tiang dari kayu jati yang menopang bangunan utama masjid dengan ukuran masih terlihat begitu kokoh.

Selama ratusan tahun berdiri, warga dan jamaah di Cikakak sama sekali tidak mengganti bangunan utama yang ada di tempat itu

Kecuali hanya membangun tembok sekeliling masjid sebagai penopang.

Baca juga: Ini Pesan Ketua DPRD di Hari Jadi Ke-452 Banyumas: Tetap Guyub Rukun

Barang lainnya yang sampai sekarang masih tetap rapi dan dipelihara di antaranya adalah bedug, kentongan, mimbar masjid, tongkat khatib dan tempat wudlu.

Sebagaimana tertulis dalam papan peringatan di sekitar masjid, tertulis bahwa, Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kabupaten Banyumas merupakan Benda Cagar Budaya.

Di sisi lain keberadaan Masjid Saka Tunggal identik dengan munculnya para kera liar.

Dikatakan dibangunnya masjid berbarengan pula dengan keberadaan kera-kera itu.

"Warga disini sudah terbiasa dengan kera-kera meskipun kadang terganggu tapi dibiarkan begitu saja.

Keberadaan kera ini juga sebagai pembelajaran agar peka terhadap lingkungan dan alam," terangnya.

Sulam menuturkan jumlah kera yang berada di area Masjid ada sekira 100 ekor.

Tetapi karena banyak komunitas baru kera yang baru jumlahnya bisa mungkin 500 di luar Saka Tunggal, dan masih di Desa Cikakak.

Keberadaan Masjid Saka Tunggal kerap didatangi oleh tokoh-tokoh daerah, hingga nasional.

Biasanya mereka melakukan kunjungan kegiatan dan masuk masjid Saka Tunggal. (*)

Baca juga: Banyumas Kini Punya Sentra Seni Budaya Pojok Mastama, Ada Galeri Seni hingga Permainan Tradisional

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved