Sri Lanka Bangkrut
Pakar Hubungan Internasional Undip Sebut Sejumlah Penyebab Sri Lanka Bangkrut, Termasuk Utang China
Menurutnya, utang dari China yang mencapai lebih dari USD 5 miliar membuat Sri Lanka tidak bisa mengembalikannya atau gagal bayar.
Penulis: faisal affan | Editor: mamdukh adi priyanto
Pandemi membuat inflasi di Sri Lanka menyentuh di angka 54,6 persen.
"Selain pandemi, tingginya inflasi di Sri Lanka juga dipengaruhi oleh perang Ukraina-Rusia yang membuat harga minyak dunia melambung tinggi," tambahnya.
Dalam 20 tahun terakhir, Sri Lanka diketahui kurang bisa mengelola sumber daya alamnya.
Sehingga barang kebutuhan domestik masih dihasilkan dari impor dan produksi lokal.
"Seharusnya Sri Lanka bisa mengelola sumber daya alam yang bisa diekspor untuk mendapatkan pemasukan negara.
Kalau tidak, maka krisis ini akan terus berkepanjangan," kata Marten.
Untuk bisa keluar dari krisis, pemerintah Sri Lanka harus bisa mendapatkan mata uang asing sebanyak-banyaknya untuk cadangan devisa.
Selain itu, kebijakan ekonomi dan politik harus diperbaiki.
Dari sisi politik, terdapat sistem dinasti yang ada di internal pemerintahan negara ini.
"Setahu saya Presiden Sri Lanka dan Perdana Menterinya masih saudara sejak mereka memimpin 20 tahun yang lalu.
Sistem politik dinasti ini akan membuat distribusi ekonomi tidak merata.
Masyarakat akan kesulitan mendapatkan akses.
Hanya elite politik saja," tegasnya.
Selain itu, Sri Lanka mau tak mau harus meminta pinjaman kepada World Bank atau IMF untuk menyelamatkan negaranya.
Namun sebelum melangkah ke sana, pemerintah harus bisa memperbaiki kondisi politik di negaranya.