Berita jateng
Desa Bojongnangka Pemalang Dulu Desa Miskin, Sekarang Jadi Desa Edukasi Wisata, Ternyata Karena Ini!
"Kita masih dalam tahap meningkatkan perekonomian khususnya petani," paparnya.Wahmu mengatakan bahwa desanya masuk dalam kategori miskin.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: mamdukh adi priyanto
TRIBUNBANYUMAS.COM, PEMALANG - Desa Bojongnangka, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang yang pernah menyandang predikat desa miskin, kini telah berkembang dan memiliki edukasi wisata. Hal itu berkat pendampingan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui program Satu OPD Satu Desa.
Di tahun 2020, Desa Bojongnangka menjadi binaan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Tengah. Selama dua tahun, berbagai upaya dilakukan untuk mengangkat potensi desa hingga mampu lepas dari jeratan kemiskinan.
Baca juga: Besuk Buya Syafii Maarif di RS di Jogja, Ganjar: Mari Doakan Agar Tetap Sehat dan Semangat!
Kepala Desa Bojongnangka, Wahmu mengatakan bahwa desanya masuk dalam kategori miskin di Kabupaten Pemalang. Sehingga mendapat pendampingan dari Pemprov Jawa Tengah di tahun 2020 sampai 2021.
"Kenapa kita ada pendampingan daru BKD, karena di Pemalang ada beberapa desa miskin, diantaranya Desa Bojongnangka," ujarnya, Minggu (15/5/2022).
Baca juga: Mobil Balap Bimasakti dari UGM Ikut Balap di Belanda, Ketua Kagama Ganjar: Kita Dukung!

Baca juga: Kunjungi Pertanian Organik di Semarang, Ganjar: Kami Dorong Penuh, Diberikan Bantuan Prioritas
Pendampingan itu, menurutnya, dilakukan untuk mengangkat desa dari jeratan kemiskinan. Dengan cara, pendataan potensi dan dicarikan solusinya.
Jumlah penduduk Desa Bojongnangka sekitar 9.600 jiwa lebih dengan 3.500 kepala keluarga. Dan, 99 persen bekerja sebagai petani dan buruh tani.
"Kita masih dalam tahap meningkatkan perekonomian khususnya petani," paparnya.
Baca juga: Ada Permintaan Khusus Ganjar Saat Resmikan SMA di Salatiga, Soal Penyandang Disabilitas
Di tahun 2019, Pemdes setempat berinisiasi untuk membangun rumah produksi pupuk organik. Namun, karena keterbatasan anggaran, sehingga hanya mampu membeli mesin pencacah sampah.
Bukan hanya itu, pendampingan itu juga dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan.
"Di tahun 2020 itu ada pendampingan dari BKD dan kerjasama Bank Jateng memberikan bantuan alat pengayak sampah, bangunan rongga untuk fermentasi, tempat sampah dan becak pengangkut sampah. Nah, saat itu produksi pupuk organik bisa beroperasi," ungkap Wahmu.
Baca juga: Tingkatkan Eksor Produk Pertanian dari Jateng, Ganjar Gagas Pelabuhan Hortikultura
Sejauh ini, mesin pembuat pupuk organik tersebut mampu menghasilan sekitar satu ton dalam sebulan.
"Hasil pembuatan kompos tidak dijual belikan tapi diberikan ke petani secara gratis dalam rangka membantu mengurangi kebutuhan pupuk," terang Kades.
Keberhasilan dalam mengelola pupuk berbahan sampah organik dari warga itu, kemudian dikembangkan menjadi eduwisata sawah. Selain bisa belajar mengelola pertanian dengan pupuk organik, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas desa dan berswafoto.
"Sekarang saya mengembangkan menjadi wisata ekdukasi sawah kita namakan Gatra Kencana. Beberapa daerah datang kesini untuk studi banding seperti Brebes, Tegal, Pekalongan dan Demak. Sejak dibuka Desember lalu, kini sudah mampu memberi pemasukan Rp 500 juta," jelasnya.
Baca juga: Mimpi Bonawi Terwujud, Sebentar Lagi Rumah Bambunya Bakal Direnovasi, Bantuan dari Ganjar
Ditambahkannya, saat proses pendampingan Pemprov Jawa Tengah juga memberikan bantuan pembangunan RTLJ bagi tiga warga.