Berita Kudus
Produsen Kerupuk di Kudus Makin Babak Belur. Setelah Minyak Goreng, Kini Harga Tepung Tapioka Naik
Produsen kerupuk di Kudus makin babak belur. Setelah kesulitan mencari minyak goreng curah kini mereka dihadapkan pada kenaikan harga tepung tapioka.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Produsen kerupuk di Kudus makin babak belur. Setelah kesulitan mencari minyak goreng curah yang langka, saat ini, mereka harus kembali menelan pil pahit karena harga tepung tapioka sebagai bahan produksi kerupuk juga melonjak.
Seperti yang diungkapkan Ahmad Riyadi (41), produsen kerupuk di RT 03 RW 02 Lemahgeneng, Desa Krandon, Kecamatan, Kota Kudus.
Bahkan, Riyadi mengatakan, dirinya sempat meliburkan empat pekerjanya karena tak ada minyak untuk menggoreng kerupuk.
"Pernah berhenti (produksi) nunggu minyak ada," kata Riyadi saat ditemui di tempat usahanya, Kamis (24/3/2022).
Baca juga: Pedagang Kerupuk di Kudus Kelimpungan, Minyak Goreng Curah Menghilang dari Pasaran
Baca juga: Pasokan Tak Lancar, Agen Minyak Goreng Curah di Kudus Batasi Pembelian 5 Kg untuk Konsumen Baru
Baca juga: Sudarmani Akhirnya Mau Terima Vaksinasi Covid karena Dapat Minyak Goreng di Jekulo Kudus
Baca juga: Kasus TBC Melonjak Dua Tahun Terakhir, Dinkes Kudus Mulai Libatkan Klinik Swasta Lakukan Penanganan
Kini, stok minyak goreng yang tersisa di dapurnya tinggal lima jeriken.
Masing-masing jeriken berkapasitas sekitar 28 kilogram.
Stok sebanyak itu hanya mampu untuk memproduksi hari ini dan hari esok.
Untuk hari berikutnya, Agus belum tahu apakah dia akan kembali mendapatkan minyak goreng.
"Kalau tidak ada minyak, libur, nunggu minyak ada," kata dia.
Rata-rata, dalam sehari, produksi kerupuk di tempat Riyadi menghabiskan minyak goreng sampai satu kuintal.
Dengan minyak sebanyak itu, Riyadi mampu memproduksi kerupuk terung matang sebanyak satu kuintal.
Sedianya, Riyadi tidak masalah kalau membeli minyak goreng curah dengan harga Rp 18.000 per kilogram asal mudah mendapatkannya.
Persoalannya, saat ini, dengan harga segitu, Riyadi tak pasti mendapatkan.
"Jadi, minyak naik sejak dua bulan, paling parah dua pekan terakhir," kata dia.
Usahanya pun makin bergejolak lantaran harga tepung tapioka ikut naik menjadi Rp 950 ribu per kuintal.
Padahal, harga sebelumnya, di angka Rp 600 ribu per kuintal.
"Kenaikan harga tapioka terjadi sejak empat bulan yang lalu. Naik sedikit-sedikit tapi terus," kata dia.
Hantaman ini membuat Riyadi memilih mengecilkan ukuran kerupuk.
Baca juga: Dua Perampok Satroni Minimarket di Jalan Pantura Kendal, Siram Bensin dan Gasak Uang Rp 10 Juta
Baca juga: Banjir Cilacap Mulai Surut, BPBD dan Dinkes Beri Layanan Cegah Penyakit Menular dan Psikologi
Baca juga: Polres Purbalingga Bagikan BLT Kepada 6000 PKL dan Nelayan, Setiap Orang Terima Rp 600 Ribu
Baca juga: Pergerakan Tanah di Asinan Banjarnegara Rusak Rumah dan Jalan Desa, Sekeluarga Mengungsi
Dia juga menaikkan harga kerupuk terung buatannya. Dalam satu kemasan kerupuk berisi 600 biji, yang semula dijual Rp 62 ribu, kini dihargai Rp 65 ribu.
Dia tidak kuat hati kalau harus menaikkan terlampau tinggi.
Prinsipnya, usahanya tetap berjalan. Empat pekerjanya masih bisa mendapat penghasilan dari usaha Riyadi tersebut.
Melihat situasi yang tidak akrab bagi pelaku usaha kerupuk, Riyadi tidak bisa berbuat banyak selain harus tetap berusaha mempertahankan bisnis kecilnya.
Harapan yang saat ini masih tersisa dia tumpahkan pada pemerintah.
"Mudah-mudahan, (pemerintah) dapat menstabilkan harga minyak goreng dan tepung tapioka. Biar lancar tidak tersendat," katanya. (*)