Berita Banjarnegara
'Tol' Jembatan Gantung Sungai Serayu, Ingin Menyeberang Bayar Rp 2.000
Meski sudah berusia setengah abad, bangunan itu nyatanya masih terlihat kokoh.Suara 'gemblodak' menjadi khas jembatan itu saat dilintasi kendaraan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: mamdukh adi priyanto
Untuk pemeliharaan jembatan," katanya, Jumat (11/3/2022).
Baca juga: Insiden Wellpad Geodipa Tewaskan Satu Orang, Wisata Dieng Aman
Ini bukan pungutan liar tentunya, melainkan pungutan resmi yang ditetapkan melalui Peraturan Desa Luwung Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pungutan Desa.
Uang retribusi dari pengendara, kata Sudir, masuk ke kas desa.
Sebagian dana yang terkumpul akan dialokasikan pemeliharaan jembatan.
Sebagian lain untuk menggaji petugas penarik retribusi seperti Sudir.
Dalam sehari, kata Sudir, ada 50 sampai 100 pengendara yang melintasi jembatan gantung.
Jembatan gantung ini nyatanya menjadi akses penting warga antar desa.
Baca juga: Ajudan Jenderal Soedirman Tutup Usia, Dimakamkan Secara Sederhana di Banjarnegara
Warga Desa Luwung dan sekitarnya yang ingin ke Gumiwang atau sebaliknya lebih dekat melalui jembatan gantung, ketimbang melalui jembatan permanen yang memutar lebih jauh.
Tak ayal, meski harus membayar, banyak pengendara yang memilih menggunakan fasilitas jembatan gantung ini untuk menghemat perjalanan.
"Kalau memutar lewat Tapen jauh," katanya.
Meski bangunan beton dan besi masih kokoh, tidak untuk lantai jembatan yang terbuat dari kayu.
Pihaknya harus mengganti kayu jembatan sekitar setiap tiga bulan sekali karena rusak.
Kayu itu, menurut dia, mudah lapuk karena tiap hari terkena panas dan hujan.
Karenanya wajar, butuh anggaran untuk pemeliharaan jembatan yang diambil dari retribusi penyeberang.
Baca juga: Ganjar: Warga Siap Hadapi Erupsi Merapi dengan Metode Desa Kembar
Jasa penyeberangan sudah ada sejak sebelum dibangun jembatan gantung.