Berita Banjarnegara
Pentas Kesenian Tradisional Menghidupi Para Perajin Gamelan di Banjarnegara
Padahal usahanya sangat tergantung dari eksistensi kesenian tradisional, semisal kuda lumping dan wayang yang menggunakan perangkat gamelan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: mamdukh adi priyanto
"Sekarang mulai bangkit lagi, "katanya, Senin.
Baca juga: Sidang Kasus Korupsi Bupati Nonaktif Banjarnegara: Kisah Sopir yang Ditunjuk Jadi Direktur
Pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya terpuruk.
Selama dua tahun pandemi Covid-19 melanda, ia mengaku vakum produksi karena tidak ada yang menggunakan jasanya.
Ini imbas dari kebijakan PPKM yang membatasi ketat kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan seni.
Padahal usahanya sangat tergantung dari eksistensi kesenian tradisional, semisal kuda lumping dan wayang yang menggunakan perangkat gamelan.
30 tahunan lebih ia menekuni usaha pembuatan gamelan, baru kali ini ia merasakan usahanya benar-benar surut.
Baca juga: Hore! KA Kamandaka Kini Layani Rute Cilacap-Semarang PP, Tiket Promo Cuma Rp 70 Ribu
Biasanya, sebelum pandemi, pelanggannya datang silih berganti. Pesanan selalu ada, baik untuk perbaikan atau pembuatan baru sehingga ia tak pernah menganggur.
"Saya pernah kirim gamelan ke luar Jawa," katanya.
Ahmad sudah puluhan tahun menekuni usaha ini.
Ia satu di antara segelintir orang di Banjarnegara yang menekuni profesi itu.
Ia bukan hanya perajin, namun juga pelaku seni.
Ahmad pernah menjadi dalang, dan mahir memainkan perangkat gamelan.
Baca juga: Sosialisasikan Tertib Berlalu Lintas dan Prokes, Polres Purbalingga Gelar Pertunjukan Wayang Bawor
Rasa cintanya terhadap kesenian itu mendorongnya untuk menekuni usaha yang berhubungan dengannya.
Ia melihat banyak grup kesenian memiliki perangkat gamelan.
Karena sering digunakan, alat itu bisa saja rusak sehingga perlu diperbaiki atau diganti.