Berita Banjarnegara

Di Hari Difabel Internasional, Jirno Berharap Ada Pendampingan Pemasaran UMKM bagi Difabel

Peringatan Hari Disabitas Internasional, 3 Desember, jadi momentum penting memerhatikan nasib difabel.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
ISTIMEWA
Jirno (kiri) memamerkan produknya di pendopo Kabupaten Banjarnegara, Kamis (2/12/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Peringatan Hari Disabitas Internasional, 3 Desember, jadi momentum penting memerhatikan nasib difabel.

Ini pula yang diharapkan Jirno, difabel asal Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara.

Sebuah kecelakaan kerja yang dialami pada 2016 lalu, telah mengubah jalan hidupnya.

Ia yang merantau ke Kalimantan untuk meraih kesejahteraan, justru harus pulang dengan tubuh pesakitan. Kakinya lumpuh hingga tak bisa berjalan, sampai sekarang.

Jirno harus menghabiskan hari-harinya di atas kursi roda.

Tetapi, kondisi itu tak membuatnya frustasi.

Baca juga: Cerita Jirno, Difabel Kutawuluh Banjarnegara: Tetap Produktif Bikin Pot Sabut Kelapa, Butuh Pengepul

Baca juga: KPK Periksa Wakil Ketua DPRD Banjarnegara terkait Kasus Suap Bupati Nonaktif Budhi Sarwono

Baca juga: Kisah Inspiratif Puji Lestari, Lumpuh Karena Tabrak Lari, Jadi Karyawati Teladan RSI Banjarnegara

Baca juga: Libur Natal dan Tahun Baru, Serulingmas Zoo Banjarnegara Tetap Buka

Ia tetaplah tulang punggung keluarga. Ia punya anak dan istri yang harus ternafkahi.

Dari atas kursi roda, Jirno mencoba berkarya.

Di Pendopo Kabupaten Banjarnegara, Jirno memamerkan karyanya pada acara peringatan Hari Disabilitas Internasional, Kamis (2/12/2021).

Sejumlah pot cantik berbahan sabut kelapa ia pajang di meja yang disiapkan panitia.

Produk kerajinan tangan itu ia boyong dari rumah.

Di hari yang penting itu, ia dan difabel lain, diberi kesempatan memamerkan karya. Jirno tak mau menyia-nyiakannya.

"Produk saya juga dipamerkan di Salemba, Jakarta," katanya.

Kegiatan semacam itu tentu berarti baginya. Dari situ, karyanya diapresiasi.

Jirno satu di antara difabel yang kreatif. Ia menyulap sabut kelapa menjadi pot bunga yang cantik.

Dari karya yang ia jual, Jirno mendapatkan penghasilan.

Hanya, ia mengaku, masih terkendala untuk mengembangkan usaha. Ia masih kesulitan mendapatkan pasar.

Di tengah keterbatasan, mobilitas Jirno dalam berwirausaha tentu tak segesit pelaku usaha pada umumnya.

Karena itu, Jirno masih butuh bantuan untuk mengembangkan usaha.

Baca juga: Pelukis Purbalingga Chune Ebeg Mayong Gelar Pameran Tunggal, Angkat Tema Batu Bertuah Nogo Sui

Baca juga: Ular Kobra Teror Warga Pesawahan Banyumas, Tagana Lakukan Perburuan

Baca juga: Cegah Varian Omicron Merebak, WHO Minta Negara di Asia-Pasifik Percepat Vaksinasi Covid

Baca juga: Gerebek Rumah Produksi Miras di Kaliwungu Kudus, Polisi Temukan 108 Botol Arak Siap Edar

Di hari disabilitas ini, ia berharap, pemerintah lebih memerhatikan kemandirian difabel sepertinya.

Difabel tak hanya butuh pelatihan keterampilan untuk menghasilkan produk tetapi perlu pendampingan pemasaran.

"Pemerintah mestinya bantu juga pemasaran. Saya sendiri butuh pengepul yang bisa menampung produk saya. Sehingga, bisa produksi terus," katanya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved