Berita Demak
Segarnya Bermain Air di Watu Lempit, Destinasi Wisata Alam Baru di Mranggen Demak
Wisata Watu Lempit yang terletak di Girikusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Demak, bisa menjadi pilihan.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, DEMAK - Akhir pekan barangkali bisa dihabiskan untuk berkunjung ke objek wisata alam bersama keluarga. Wisata Watu Lempit yang terletak di Girikusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Demak, bisa menjadi pilihan.
Destinasi wisata ini cukup unik. Sebab, pengunjung akan disuguhi pemandangan bebatuan yang berada di dasar Sungai Barang atau warga sekitar menyebutnya Sungai Markaban.
Jika dilihat dari atas, bebatuan itu terlihat seperti lipatan. Sementara, di sela-selanya, mengalir aliran air.
Di sekeliling sungai, menjulang bukit-bukit dipenuhi pohon rindang yang menambah indah dan asri lokasi wisata tersebut.
Rata-rata, pengunjung yang datang tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain air di sungai.
Pada aliran sungai juga terdapat kontur batu memanjang layaknya perosotan yang menjadi lokasi favorit anak-anak bermain.
Baca juga: 35 Ribu KPM di Demak Belum Terima Bantuan, Pemkab: Masih Ada Perbaikan Rekening
Baca juga: Ahli Waris Pasien Covid di Demak Bakal Terima Santunan Rp 1,5 Juta, Disediakan bagi 1.218 Orang
Baca juga: Videonya Viral, Oknum Pengurus Ponpes di Demak Aniaya Santri Anak Gara-gara Tak Segera Tidur Malam
Baca juga: Gubernur Ganjar Naik Pitam Saat Gowes Minggu Pagi, Tegur Panitia Pit-Pitan Bareng di Demak
Hanya saja, masih terdapat lumpur yang mengendap di dasar sungai. Jadi, ketika airnya dibuat bermain, seketika, air berubah warna menjadi kecokelatan.
Daya tarik lain, yakni di atas sungai melintang jembatan tua yang tak lagi dipakai. Jembatan itu merupakan sisa perlintasan kereta.
Dulunya, jembatan itu menjadi akses perdagangan warga sekitar.
Jika dilihat dari bawah, jembatan tersebut tampak menjulang dan tiang penyangganya masih tampak begitu kokoh. Sangat ikonik, bukan?
Untuk mencapai ke lokasi tersebut, pengunjung bisa melalui jalur Semarang-Purwodadi.
Sesampai di pertigaan Pasar Mranggen, ambil arah ke selatan atau ke arah Desa Banyumeneng.
Untuk mencapai lokasi, jarak yang ditempuh yakni sepanjang 18 kilometer atau sekitar 20 menit dari pertigaan ini.
Sesampainya di Desa Banyumeneng, agar tidak bingung, pengunjung ambil arah ke Pesantren Girikusumo.
Lokasi Watu Lempit tidak jauh dari pesantren tersebut. Area parkirnya berada di sisi selatan pesantren.
Dari lokasi parkir, pengunjung harus berjalan sekitar 200 meter untuk mencapai lokasi.
Pengunjung akan menyusuri hutan jati dan sesekali akan menemui rimbunnya pohon bambu selama berjalan menuju lokasi.
Setiap pengunjung ditarik retribusi sebesar Rp 7.500. Sementara, untuk parkir sepeda motor, tarifnya Rp 2 ribu dan mobil Rp 5 ribu.
Baca juga: Pakai Alat Pembuat Palet Ini, Peternak di Boyolali Tak Kesulitan Cari Pakan saat Hujan Abu Merapi
Baca juga: PMI Solo Luncurkan Mobil Jenazah Toyota Alphard, Tarif Pakai Seikhlasnya
Baca juga: Bantu Jaga Kesehatan Kiai, Baznas Banyumas Serahkan 200 Paket bagi Kiai di Pondok Pesantren
Baca juga: Jelajah Tempat Wisata Kuliner Ubud Brayo Batang: Menikmati Aneka Makanan Khas Bali di Pinggir Sawah
Objek wisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dadi Makmur Desa Banyumeneng ini, secara resmi dibuka sejak 2020. Tempat itu ramai saat akhir pekan.
"(Saat akhir pekan) bisa 500 sampai 700 tiket yang terjual," ujar pengelola wisata Fajar Wahyu Zulianto, Minggu (19/9/2021).
Ini merupakan kali pertama objek wisata tersebut dibuka, lengkap dengan sejumlah pentas hiburan di sekitar lokasi Watu Lempit.
Ada hiburan barongsai, naga, dan ondel-ondel. Itu semua disediakan demi menarik pengunjung.
Ke depan, hiburan akan dikemas dalam bentuk semacam festival. Dan akan digelar secara berkala, setiap bulan.
"Kami juga akan menggelar pentas kesenian kuda lumping, barongsai. Pesertanya dari pemuda desa sini," kata dia.
Salah seorang pengunjung asal Kedungmundu, Kota Semarang, Siti Nur Inayah (32), mengaku sengaja memboyong kedua anaknya untuk menghabiskan akhir pekan di Watu Lempit.
Ini merupakan kunjungan pertamanya. Berbekal informasi dari seorang kawan, dia rela menempuh perjalanan dari Kota Atlas demi melunasi rasa penasaran.
"Bagus. Lumayan buat anak-anak. Cuma Rp 7.500 sudah menyenangkan anak-anak," kata Inayah.
Pengunjung lain, Rika Noviana (26), mengaku sering datang ke Watu Lempit.
Ibu satu anak asal Kebonbatur, Mranggen, itu memilih Watu Lempit lantaran murah dan dekat rumah.
"Ini anak-anak main air sama foto-foto," kata Rika.
Objek wisata ini memang masih berusia belia sejak pertama resmi dibuka.
Apa lagi, belakangan, tingginya kasus aktif Covid-19 membuat pengembangan tempat wisata ini terhambat.
Namun, pengelola sudah ancang-ancang menyiapkan segudang program guna menarik perhatian wisatawan.
Misalnya, melengkapi sarana dan prasarana berupa toilet umum yang layak, menambah wahana flying fox, dan akan dibuat bumi perkemahan di sekitar lokasi. (*)