Berita Purbalingga

Bupati Purbalingga Minta Kemenperin Dukung Pengembangan 4 IKM, Termasuk Sentra Gula Kelapa dan Logam

Pemkab Purbalingga mengajak Kemenperin mendukung empat program revitalisasi industri kecil menengah di wilayah tersebut.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/Istimewa
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mempresentasikan pengembangan IKM saat berkunjung ke Ditjen IKMA Kemenperin RI, Rabu (20/1/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengajak Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin RI) mendukung empat program Revitalisasi Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Empat program tersebut adalah program revitalisasi sentra IKM gula kelapa, pengolahan nanas, batik, dan program penguatan UPT logam.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan, dukungan penguatan empat sektor IKM tersebut sangat diperlukan.

"Untuk IKM Gula Kelapa misalnya, tingkat produksi masih rendah, yakni 5-50 ton per bulan," ujar Tiwi, sapaan bupati, saat melakukan kunjungan kerja ke Ditjen IKMA Kemenperin RI, dalam rilis yang diterima, Rabu (20/1/2021).

Baca juga: Pekan Kedua PPKM Purbalingga: Petugas Perketat Daerah Perbatasan, Cek Prokes dan Bubarkan Kerumunan

Baca juga: Hore, Bandara JB Soedirman Purbalingga Bisa Digunakan untuk Layani Arus Mudik Lebaran 2021

Baca juga: Kemenhub Pastikan Terminal Bobotsari Purbalingga Rampung Tahun Ini, Ruang Tunggu Dibuat 2 Lantai

Baca juga: 5 Berita Populer: Gelombang 4 Meter Berpotensi di Utara Pulau Jawa-3 Ton Salak Tumpah di Purbalingga

Program revitalisasi IKM Gula Kelapa yang bisa dilakukan terdiri dari dua kegiatan.

Pertama, penguatan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan cara bantuan peralatan, pendampingan sertifikasi, dan fasilitasi pemasaran ekspor.

Kedua, revitalisasi lewat pembangunan gedung produksi yang sesuai standar, fasilitas peralatan, pendampingan, dan sertifikasi GMP and HACCP, serta sistem manajemen berbasis IT.

Sektor IKM Nanas di Purbalingga juga memiliki beberapa permasalahan, di antaranya, belum memiliki alat atau teknologi pengalengan dan pengalengan dilakukan di luar Purbalingga.

Hal itu semakin memperbesar biaya produksi yang berdampak kepada harga jual yang tinggi sehingga harga jual kurang bersaing di pasar ekspor.

"Program yang dapat dilakukan untuk revitalisasi IKM Nanas di antaranya, fasilitasi mesin dan peralatan proses pengalengan nanas," terangnya.

"Kemudian, rehabilitasi sarana tempat produksi untuk memenuhi standar keamanan pangan dan pendampingan sertifikasi GMP/HACCP dan fasilitasi pemasaran ekspor," imbuhnya.

Sentra IKM Batik di Purbalingga juga membutuhkan support karena selama ini masih menghadapi beberapa kendala.

Misalnya, pangsa pasar masih terbatas, produktivitas dan diversifikasi produk masih rendah, belum memiliki branding produk yang kuat, serta sarana prasarana yang dimiliki IKM masih terbatas.

Hal yang dibutuhkan dalam revitalisasi IKM Batik di Purbalingga adalah revitalisasi Kampung Batik Limbasari dan 19 sentra batik yang lain.

Kemudian, revitalisasi bangunan outlet pemasaran dan edukasi, bantuan peralatan dan prasarana batik, pelatihan bimbingan teknik desain, pewarnaan dan produk turunan batik, serta sertifikasi profesi atau keahlian batik.

Baca juga: Santri Ponpes Putri Colomadu Karanganyar Positif Covid, 3 Orang Masih Diisolasi di Asrama Donohudan

Baca juga: Pekan Kedua PPKM Purbalingga: Petugas Perketat Daerah Perbatasan, Cek Prokes dan Bubarkan Kerumunan

Baca juga: Ambulans RS Elisabeth Adu Banteng dengan Honda Beat Dikendarai Emak-emak di Kota Semarang, 1 Luka

Baca juga: Banjir Rendam 167 Rumah di Desa Jati Wetan Kudus, Warga Pernah Kebanjiran Hingga 1 Bulan

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved