Berita Regional

Siswa SD di Kulon Progo Belajar Jarak Jauh Gunakan HT, Siasat Sinyal Sulit dan Ketiadaan Smartphone

Siswa SD di Kulon Progo Belajar Jarak Jauh Gunakan HT, Siasat Sinyal Sulit dan Ketiadaan Smartphone

KOMPAS.COM/DANI JULIUS
Bayu Setia Wibawa pelajar kelas 3 SD Negeri 2 Kanoman di Kalurahan Kanoman, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedang mengikuti kegiatan belajar jarak jauh. Ia menggunakan HT untuk menerima pengajaran Bahasa Jawa dari gurunya. 

Mereka kemudian memasang stasiun induk dengan mesin ICom IC-28H di ruang guru untuk menyebarkan suara ke perangkat HT.

Untuk memperkuat daya jangkau, RAPI mendirikan antena F23 built up, yang tersambung kabel RG 8.

Semua instalasi itu irit listrik karena hanya memakan daya 13,4 watt saja, meski hidup selama 24 jam.

Dengan stasiun induk itu maka suara sang guru bisa dijangkau siswa yang berada dalam sat desa dengan jarak paling jauh 3 kilometer.

Cara baru ini baru berlangsung dua hari belakangan untuk kelas 3 saja.

Alhasil, belajar mengajar bisa cepat. Semua anak bisa mengerjakannya secara bersama dan guru juga bisa mengukur kemajuan para pelajar.

“Guru merasa lebih efektif karena bisa komunikasi langsung dengan siswanya, sekaligus mengobati rasa kangennya."

"Kendalanya jarak jauh bisa putus-putus, meski kendala itu cepat diatasi para teknisi,” kata Nugroho.

Bagi keluarga siswa, cara baru ini ada kelebihan dan kekurangannya.

Murniyati mengungkapkan, anaknya cukup cepat menangkap apa yang diajarkan.

Dari sisi biaya, sebenarnya lebih murah lantaran tidak mengeluarkan biaya pulsa.

Namun persoalannya adalah perangkat HT yang masih meminjam.

“Selama ini pakai HP, di mana harus beli paketan data. Tapi kalau kondisi keseharian seperti ini tentu memberatkan. "

"Beruntung ada HT, membuat orangtua dan anak itu bisa langsung dengan gurunya,” kata orangtua dari Batu ini.

Pengurus Biro 3 RAPI DIY, Frangky Wahyu mengungkapkan, kerja sama dengan SDN 2 Kanoman merupakan percontohan sekaligus percobaan.

Meski baru terlaksana beberapa hari, dia melihat hasilnya cukup efektif untuk membantu pelajar yang kesulitan karena proses daring.

“Kami ingin menjangkau lebih luas layanan serupa. Harapannya banyak yang membantu."

"Bila berhasil nanti, bisa diadopsi di DIY maupun di berbagai daerah lain,” kata Frangky. (*)

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved