Berita Banjarnegara
Syukurlah, Embun Es yang Muncul di Dieng Akhir-akhir Ini Tak Merusak Ladang Pertanian
Di tengah euforia wisatawan menyambut fenomena alam ini, petani yang tanamannya terserang mbun upas justru mengelus kepala.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Fenomena embun es (mbun upas) di Dieng jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tanaman yang diselimuti embun es memutih layaknya salju di negara empat musim.
Banyak orang tak ingin melewatkan pemandangan langka ini hingga rela jauh-jauh mengunjungi Dieng.
Di tengah euforia wisatawan menyambut fenomena alam ini, petani yang tanamannya terserang mbun upas justru mengelus kepala. Mbun upas adalah mimpi buruk bagi para petani di Dieng.
Jika wisatawan berharap mbun upas sering muncul untuk dinikmati keindahannya, petani berharap sebaliknya.
Bagi petani, mbun upas adalah bala yang bisa memupus harapan mereka untuk panen. Tanaman yang diselimuti es, rentan rusak, bahkan mati dalam kondisi terparah.
Beruntung, peristiwa mbun upas yang beberapa kali muncul di awal musim kemarau ini belum begitu berdampak ke sektor pertanian.
"Kemarin-kemarin sih belum ada dampaknya," kata Agus Rifai, mantan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Batur Banjarnegara, Kamis (30/7/2020).
Agus mengatakan, biasanya, dampak bun upas ke pertanian mulai dirasakan banyak petani ketika sebaran embun es meluas sampai Dukuh Pawuhan, Desa Karang Tengah, Batur, Banjarnegara.
Sampai saat ini, ia belum menerima laporan dari petani yang mengeluhkan lahan pertaniannya terkena mbun upas.
Karenanya, ia menduga, embun es hanya terjadi di komplek candi Arjuna Dieng.
Ia juga belum menerima keluhan petani yang memiliki lahan di sekitar komplek Candi Arjuna terkait dampak mbun upas di lahan mereka.
"Belum ada petani yang menjerit," imbuhnya.
Agus mengakui, mbun upas selama ini menjadi momok bagi petani Dieng, terutama petani kentang.
Tanaman kentang yang belum berumur sebulan biasanya tak kuat bertahan alias mati ketika membeku.
Tanaman berumur dewasa relatif mampu bertahan, meski tetap rentan rusak hingga mati jika kerap diselimuti es.
Tanaman yang rusak karena mbun upas tak bisa diobati. Sebab, mbun upas bukan hama, melainkan fenomena alam yang kehadirannya sulit diprediksi.
Karenanya, saat tanaman terkena mbun upas, petani tak bisa berbuat banyak kecuali hanya menyiramnya dengan air. (*)