Berita Feature

Kisah Bocah Penjual Cilok di Sukoharjo, Sebagian Hasil Buat Beli Kuota Internet, Ingin Jadi Tentara

Anak kedua dari pasutri, Iskandar (40) dan Widaningsih (38) itu keliling mengendarai gerobak roda tiga menjajakan cilok sejak November 2019.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/AGUS ISWADI
Dzawin Jazilin (12) sedang melayani pembeli cilok yang merupakan barang dagangannya, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (29/7/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SUKOHARJO - Dzawin Jazilin (12) tampak piawai menjajakan cilok dagangannya, Rabu (29/7/2020).

Setiap pembeli yang datang dilayaninya secara ramah.

Anak kedua dari pasangan suami istri (pasutri), Iskandar (40) dan Widaningsih (38) itu keliling mengendarai gerobak roda tiga menjajakan cilok sejak November 2019.

Sapi Milik Rudin Laku Rp 110 Juta, Berkah Peternak Jelang Hari Raya Iduladha di Banjarnegara

Kisah Aisyah Lumpuh Sejak Usia 4 Bulan, Hanya Berbaring di Kamar, Kulitnya Juga Mulai Mengelupas

Warga Kembali Geruduk Balai Desa Pejogol, Sebulan HR Belum Undur Diri, Perselingkuhan di Banyumas

Big Sale Iduladha, PT KAI Beri Potongan Harga Tiket Hingga 25 Persen

Pasangan keluarga itu indekos di wilayah Candi RT 02 RW 11 Cemani Grogol Kabupaten Sukoharjo.

Biasanya Dzawin, sapaan akrabnya, keliling di beberapa wilayah seperti Baron, Tipes, Sriwedari, hingga Alun-alun Kidul.

Dia membantu jualan ibunya setiap pukul 14.00 hingga pukul 16.00.

Sementara Widaningsih jualan di depan minimarket daerah Cemani mulai pagi hingga siang hari.

"Jualan sejak November tahun lalu, sejak kelas VI."

"Sekarang saya sudah masuk SMP," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (29/7/2020).

Dia berucap, membantu ibunya berjualan cilok keliling atas kemauannya sendiri.

Di sela kewajibannya mengenyam pendidikan, anak kedua dari tiga bersaudara itu merasa tidak mempermasalahkan aktivitasnya membantu orangtua.

Meski harus membagi waktu antara belajar, jualan, dan bermain bersama teman sebayanya.

"Uang (hasil jualan) buat kebutuhan sehari-hari. Jajan sama beli paketan," ungkapnya.

"Ya lumayan capek. Kalau haus saat keliling ya tinggal beli minum."

"Ada juga orang yang kasih (minuman)," imbuhnya.

Uang hasil jualan yang berikan ibunya, digunakan Dzawin untuk jajan dan membeli paket data.

Mengingat di tengah pandemi ini, kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan secara daring.

Setiap harinya mulai Senin hingga Jumat, Dzawin membeli pulsa sebesar Rp 7.000 hingga Rp 11 ribu.

Pulsa itu digunakannya untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.

Dzawin Jazilin (12) sedang melayani pembeli cilok yang merupakan barang dagangannya, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (29/7/2020).
Dzawin Jazilin (12) sedang melayani pembeli cilok yang merupakan barang dagangannya, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (29/7/2020). (TRIBUN BANYUMAS/AGUS ISWADI)

Rokok Ilegal Senilai Rp 3,7 Miliar Dimusnahkan, Hasil Penyitaan Sebelum Masuk Tegal

Pemohon Akad Nikah Mulai Meningkat di Batang, KUA: Tetap Ada Batasan yang Wajib Dipatuhi

Guru dan Dosen Kini Dapat Jatah Cuti Tahunan, Dosen Unsoed Purwokerto: Kebijakan Sudah Diterapkan

"Kemarin dikasih handphone sama guru buat belajar," jelasnya.

Sebelumnya, Dzawin memanfaatkan handphone milik orangtuannya untuk mengikuti pembelajaran secara daring.

Sepulang jualan cilok keliling, dirinya memanfaatkan waktu untuk bermain sepak bola bersama teman sebayanya pada sore harinya.

Bocah berusia 12 tahun itu bercita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran atau anggota TNI ketika dewasa nanti.

"Ya ingin membantu orang," ungkapnya.

Widaningsih (38) menceritakan, semula anak keduanya itu jualan cilok saat kakaknya sakit dan dirawat di rumah sakit.

"Saat itu kakaknya sakit, saya nunggu di rumah sakit."

"Dagangannya kan masih banyak, jadi dibantu jualan," ucapnya.

Dirinya mendapatkan uang hasil penjualan cilok rata-rata Rp 100 ribu per hari.

Lantaran barang dagangan itu bukan miliknya, dirinya mendapatkan imbalan sebesar 40 persen dari hasil penjualan cilok.

Uang hasil penjualan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membayar biaya indekos, makan, dan kebutuhan anak.

"Bayar kos Rp 250 per bulan, listriknya Rp 35 ribu per bulan," ujar Widaningsih.

Sebelum jualan cilok, dirinya sempat bekerja menjadi petugas kebersihan di sebuah pusat perbelanjaan.

Sedangkan sang suami, Iskandar sekarang bekerja menjadi petugas kebersihan di rumah sakit daerah Surakarta. (Agus Iswadi)

Besok Kamis, Relawan Mandiri Covid-19 Kota Tegal Dilantik Dedy Yon

Wali Kota Tegal: Sekolah Madrasah Harus Sudah Ada Tiga Tingkatan di Tiap Kelurahan

Santri Ponpes Jadi Pahlawan Masker di Era New Normal, Impian Gus Khayat Dimulai di Banjarnegara

Kalau Ganti Meteran Listrik yang Rusak, Bayar atau Tidak? Ini Penjelasan Lengkap PLN

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved