Teror Virus Corona
Jangan Berpikir New Normal Dulu, Epidemiolog: Cakupan Tes Covid-19 di Masyarakat Masih Rendah
Jangan Berpikir New Normal Dulu, Epidemiolog: Cakupan Tes Covid-19 di Masyarakat Masih Rendah
"Perlu diketahui juga, ini kan bukan sembarang tes untuk yang 100.000 (sampel) ini, mereka ini terutama kelompok-kelompok berisiko, kelompok-kelompok sasaran-sasaran tertentu, misalnya tenaga kesehatan," tambah dia.
Selain itu, tes yang dimaksud adalah tes yang valid menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), sebagaimana diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) efektif untuk mendeteksi Covid-19.
Sehingga, untuk pelaksanaan tes dengan metode cepat atau rapid test, tidak diperhitungkan dalam konsep ideal ini.
Sementara di Indonesia, dikutip dari Kontan (27/5/2020), sebagaimana disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Suharso Monoarfa jumlah tes yang dilakukan sejak Maret hingga saat ini adalah 967 per 1 juta penduduk.
Angka ini masih sangat jauh dari kata ideal, jika diambil 1 persen dari 1 juta, maka semestinya jumlah orang yang dites PCR sebanyak 10.000 dari setiap 1 juta jiwa.
Positive rate
Sasaran tepat itu berhubungan dengan istilah selanjutnya yang juga mennjadi indikator untuk diberlakukannya new normal, yakni positive rate.
"Ada indikator lain, kaitan dengan tes ini yang disebut dengan positive rate yang menjadi ukuran, pantauan, evaluasi, secara harian melihat kualitas tes kita," ucap Dicky.
Positive rate adalah hasil dari jumlah kasus positif dalam suatu hari dibagi jumlah keseluruhan orang yang diperiksa di hari yang sama.
"Idealnya ini harusnya di bawah 5 persen, idealnya. Jadi jumlah orang yang tes hasilnya positif dibagi jumlah total orang yang diperiksa, idealnya di bawah 5 persen dan stabil, misalnya persen atau 1 persen," sebut dia.
Jika angka itu sudah menunjukkan hasil yang rendah, di bawah 5 persen, artinya tes yang dilakukan sudah menyasar kelompok-kelompok yang tepat yang memang diharapkan terjaring.
"Kalau nilainya masih 20 persen, 17 persen, di atas 10 persen, apalagi naik turun harian, berarti kita harus terus meningkatkan jumlah tes (PCR) kita, cakupan tes kita."
"Malah bukan berarti harus berhenti di total 1 persen dari populasi, nanti kita lihat kalau ternyata positive rate-nya masih terus tinggi, (tes harus) terus dilakukan," jelas Dicky.
Dicky menceritakan bagaimana pemerintah di Australia, terus melakukan tes meskipun positive rate-nya sudah baik.
Mereka terus memperluas cakupan tes, dengan menjaring orang-orang yang dinilai potensial terinfeksi.
"Misalnya pada orang yang memiliki gejala demam, atau mungkin orang yang demamnya 1 minggu yang lalu pun dia akan periksa," ujarnya. (*)