PKM Semarang

Toni Makin Lemas Dengar Penutupan Jalan Tahap IV di Semarang, Pemasukan Pak Ogah Menurun

Dia mengaku selama membantu pengguna jalan yang menyeberang dari pukul 13.00 hingga pukul 18.00, mampu mengantongi uang rata-rata Rp 50 ribu.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
Toni, Pak Ogah Jalan Simpang Sisimangaraja Semarang membantu menyeberangkan mobil, Minggu (3/5/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Toni, warga Jatingaleh Kota Semarang, lemas terhadap rencana pemerintah yang berlaku besok, Senin (4/5/2020).

Toni kesehariannya bekerja sebagai Pak Ogah di persimpangan Jalan Sisingamangaraja.

Ketika mendengar informasi terkait rencana penutupan jalan di Dr Wahidin, tepatnya di Simpang Sisingamangaraja hingga Simpang Kaliwiru yang ditutup selama 24 jam.

Cerita Penghuni Pertama GOR Satria Purwokerto, Saya Kedinginan, Clingak-clinguk Tidak Bisa Tidur

Penutupan Jalan 24 Jam Tahap IV, Ini Ruas yang Ditutup Mulai Besok di Semarang

Remaja Penderita TB Positif Covid-19, Bupati Banjarnegara: Padahal Hasil Rapid Test Negatif

KABAR GEMBIRA, Pelanggan 1.300 VA Nonsubsidi Dapat Diskon Tarif Listrik, Simak Syarat dan Caranya

"Kalau betul ada penutupan jalan bikin semangat kerja menurun."

"Sebab penghasilan tambahan sudah lenyap," kata Andi kepada Tribunbanyumas.com, Minggu (3/5/2020).

Menurut Andi, selama wabah virus corona, aktivitas jalan di Kota Semarang turun signifikan.

Sejauh ini saja mampu memangkas penghasilannya sampai 60 persen.

Dia mengaku selama membantu pengguna jalan yang menyeberang dari pukul 13.00 hingga pukul 18.00, mampu mengantongi uang rata-rata Rp 50 ribu.

Sedangkan ketika ada wabah virus corona yang berimbas pada sepinya pengguna jalan, dia sekarang hanya mendapat uang paling banyak Rp 20 ribu.

"Hanya cukup untuk makan, tidak lebih," keluhnya.

Andi mengkritisi kebijakan Pemkot Semarang tersebut terhitung tidak efektif.

Pasalnya sepanjang Jalan Dr Wahidin terutama di Simpang Sisingamaraja tidak merupakan pusat titik keramaian.

"Di sini bukan pusat kota, hanya ada warga setempat yang melintas. Jadi kebijakan tutup jalan di sini kurang tepat," bebernya.

Di sisi lain, Andi juga kasihan kepada para ojek online (Ojol) dan angkutan umum trayek jalan yang melintas di Dr Wahidin atau yang terkena imbas penutupan jalan.

"Kalau saya masih bisa hidup dengan pekerjaan pokok, saya kasihan ojol sama sopir angkutan."

"Kasihan mereka, mau kerja apa jalan ditutup semua," katanya.

Sedangkan seorang driver ojol, Rohim tidak bisa berbuat banyak melawan keputusan pemerintah terkait kebijakan penutupan jalan di beberapa ruas di Kota Semarang.

"Memang sekarang penutupan jalan bikin sulit, tetapi mau bagaimana lagi."

"Nanti masalah penutupan jalan bisa disiasati lewat jalan tikus yang penting harus terus kerja biar dapur tetap ngebul," tandas ayah dua anak ini. (Iwan Arifianto)

Ribuan Lalat Serbu Rumah Warga RW 10 Cimanggu Cilacap, Tatang: Sehari Bisa Beli Delapan Lem

THR Buruh Rentan Dikurangi Perusahaan, SPSI Purbalingga Janji Kawal, Gandeng Disnaker

Kisah Korban PHK Kabupaten Semarang, Armi Pusing Cari Rp 400 Ribu, Bayar Sewa Rusunawa Gedanganak

Semarang Kota Terbanyak PHK, Total Capai 13.163 Orang di Jateng

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved