Gunung Anak Krakatau

5 Teori Para Ahli Ini Coba Pecahkan Misteri Dentuman di Jabodetabek saat Anak Krakatau Meletus

Beberapa orang yang memiliki kemampuan di bidangnya masih menyelidiki misteri dentuman yang terdengar di wilayah Jabodetabek pada Sabtu (11/4/2020).

Editor: Rival Almanaf
ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT
Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut). 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Beberapa orang yang memiliki kemampuan di bidangnya masih menyelidiki misteri dentuman yang terdengar di wilayah Jabodetabek pada Sabtu (11/4/2020) dini hari.

Dentuman tersebut beberapa kali terdengar oleh warga pada di beberapa wilayah dari Tangerang, Bogor, Jakarta bahkan hingga bekasi.

Publik menyebut suara itu merupakan hasil dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Meski demikian, para masyarakat di Banten justru tidak mendengar dentuman tersebut.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, hingga saat ini belum ada satupun pihak yang dapat mengungkap penyebab sumber bunyi dentuman tersebut disertai bukti-bukti ilmiahnya.

Kendati demikian, dia mengungkap ada beberapa dugaan sumber dentuman dari beberapa ahli terkait suara dentuman misterius itu.

"Beberapa pihak sudah mengemukakan dugaan sumber dentuman, meskipun memiliki kelemahan," kata Daryono melalui keterangan resminya yag diterima Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Berikut beberapa analisis yang telah dirangkum Daryono dan penjelasannya:

1. Gempa tektonik 

Sebagai pakar kegempaan, Daryono menjelaskan bahwa gempa tektonik memang dapat mengeluarkan bunyi ledakan.

"Namun hal ini terjadi jika magnitudonya cukup signifikan dan hiposenter sangat dangkal," ungkapnya.

"Suara ledakan yang timbul saat gempa biasanya hanya sekali saja saat terjadi deformasi batuan utama, tidak seperti dentuman yang beruntun terus menerus seperti kemarin pagi." bebernya.

Daryono berkata, ada masyarakat yang mengaitkan suara dentuman Sabtu dini hari itu mirip peristiwa dentuman gempa Bantul, Yogyakarta 2006.

Dalam beberapa kasus, gempa Bantul memang menyebabkan timbulnya suara dentuman, tetapi bunyi dentumannya tidak terus menerus, di mana satu gempa menghasilkan satu dentuman.

"Gempa Bantul dapat mengeluarkan bunyi karena sumbernya dangkal dan dekat zona karst yang bawah permukaannya berongga sehingga dapat menjadi sumber bunyi jika ada pukulan gelombang seismik," terangnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved