Kisah Mbah Kartasun Berjualan Meja di Usia 89 Tahun, Sering Dikira Pengemis dan Selalu Bawa UUD 45
Kepadatan pertokoan di Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto terasa kontras dengan sesosok pria yang duduk di bawah pohon.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Rival Almanaf
Tetapi kalau ada yang ikhlas iya saya terima saja," ungkapnya.
Ada sebuah ironi yang menyelimuti kisah hidup mbah Kartasun.
Disaat usianya sudah tidak muda lagi ternyata dia hidup sebatang kara tanpa anak dan istri yang menemani.
Mbah Kartasun hidup sendiri, istri dan ketiga anaknya sudah meninggal.
Anak pertamanya laki-laki meninggal pada saat masih berumur 3 tahun.
Sedangkan anak kedua juga meninggal pada waktu masih balita berumur 2 tahun.
• Barcelona Kalah dari Valencia 2-0, Suporter Kedua Tim Bentrok di Luar Lapangan
• Syok Urus Bayi Kembarnya Ketika Malam Hari, Syahnaz: Rasanya Pingin Nyebur
Anak terakhir yang dia harapkan menjadi penopang hidup juga meninggal pada 2016 kemarin.
Sementara itu, istrinya sudah lama meninggal sejak tahun 2000 karena sakit.
Mbah Kartasun tidak menceritakan sakit apa yang diderita oleh anak-anaknya namun, dia hanya mengutarakan kesedihannya karena ditinggal seluruh anggota keluarganya tersebut.
Bentuk dari kecintaan terhadap keluarganya tersebut, dia tunjukan dengan menulis tanggal-tanggal kematian anak dan istrinya dalam sebuah buku catatan kecil.
Dia mengaku sengaja melakukannya agar tidak lupa dan tetap mengingat kematian anak-anak dan istrinya.
"Saya tulis supaya tidak lupa, setiap tanggal dan peringatannya.
Terkadang saya hitung peringatan hari ke 100, 1000.
Memang tidak ada acara selamatan atau kepungan, tetapi yang penting memanjatkan doa," ucapnya.
Meja kayu biasa di jual dengan harga Rp 150 ribu sedangkan kandang ayam dihargai Rp 80 ribu.