Paket Lengkap Desa Wisata Karangsalam Banyumas, Dari Cliff Jumping hingga Bercocok Tanam
Sebelum 2010 tidak banyak wisatawan yang mengenal Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Karena semakin berkembang dan ramai munculah guest house, cafe-cafe, yang semuanya di kelola oleh masyarakat setempat. Salah satu yang sedang ramai di Desa Wisata Karangsalam adalah Camp Area Umbul Bengkok (CAUB) karena disitu ada camping ground dan sarana outbond.
CAUB merupakan tanah milik desa, akan tetapi ada investor yang membangun dan memanfaatkan tanah desa menjadi area camping.
Disekitaran CAUB ada pula Warung Tenda, dan yang sedang naik daun adalah area Taman Bambu dan Greenstone Waterfall. Karena masih baru angka pengunjungnya kurang lebih 60 persennya dari Curug Telu, yaitu sekitar 1.500 orang perbulan.
Pada 2019 ini masyarakat desa bersepakat bahwa berbagai macam wisata yang ada di Desa Karangsalam semua berada dibawah BUMDes. Termasuk keuntungan dari Curug Telu yang sebelumnya masuk desa, sekarang masuk ke BUMDes.
Merintis dan mengembangkan Desa Wisata Karangsalam bukan tanpa kesulitan.
"Sesuatu yang akan menghasilkan uang maka disitu akan terjadi tarik ulur dan konflik yang ujungnya adalah kepentingan tentang pembagian hasil dan sebagainya.
Saya berprinsip lebih baik ribut di depan tapi kedepannya tidak. Contohnya adalah bagaimana menjelaskan kepada pemilik lahan terkait sharing profit," tambahnya.

Dari tiket masuk ke Curug Telu itu Rp 5.000, yang Rp 500 untuk keperluan asuransi Jasaraharja.
Sisanya kemudian dibagi dua, yang separuh untuk operasional seperti (kebersihan, keamanan, dan sebagainya).
"Sisanya yang 50 persen (keuntungan bersih) dibagi lagi dalam bentuk sharing profit, PAD Desa mendapat 50 persen, Pokdarwis 30 persen, dan sisanya 20 persen adalah untuk pemilik lahan yang ada 8 orang," ungkapnya.
Dari sisi kunjungan wisata, Curug Telu cenderung stabil dan ada kenaikan.
Artinya tidak pernah terjadi lonjakan pengunjung yang sangat tinggi tapi juga tidak pernah merosot tajam.
Banyak destinasi wisata baru ternyata juga memunculkan masalah lain. Contohnya adalah kenaikan harga tanah. Harga tanah dulu yang satu ubin itu sekitar Rp 1 juta, sekarang sudah menjadi Rp 15 juta.
Hal itu jelas akan memicu masyarakat untuk menjual aset mereka ke orang luar. Persoalan lain yang muncul lainnya misalnya adalah terkait sosial, masalah sampah, kondisi jalan yang sempit, dan sebagainya.
"Menyelesaikan masalah itu, kita akan buat sedikit pelebaran jalan di beberapa lokasi untuk akses masuk mobil. Sehingga ketika berpapasan tidak macet," ungkapnya.
Pokdarwis menjadi motor penggerak bidang wisata. Karena kegigihan seluruh anggota Pokdarwis dan kesungguhan warga desanya pada 2019 lalu Desa Wisata Karangsalam sempat di ikutkan lomba Desa Wisata Nusantara.