Berita Banyumas

Memoar Lengger Narsih Mengungkap Perjalanan 53 Tahun Seniman Banyumas Mencegah Kepunahan Lengger

Kelestarian lengger Banyumas tak lepas dari peran Narsih. Perjalanan 53 tahun menggeluti lengger dituangkan dalam pertunjukan Memoar Lengger Nerasih.

|
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
Tribunbanyumas.com/Panitian Memoar Lengger Narsih
PEMENTASAN LENGGER - Penari lengger dalam pementasan Memoar Lengger Narsih: Ritus Baritan, di Hetero Space Banyumas, Selasa (30/9/2025). Pertunjukan ini menjadi gambaran perjalanan hidup Narsih, seniman lengger Banyumas dalam  merawat dan melestarikan legger. 

Ia menyibak penonton dari depan panggung dan berhadapan dengan bayangan masa lalunya. 

Dalam monolognya, Narsih mengenang awal mula menari sejak usia tujuh tahun, kecintaannya pada gendhing Sekar Gadhung, dan gerakan khas sendhetan lumpatan yang menjadi identitasnya.

Babak ketiga, Badhutan, merekonstruksi salah satu pengalaman spiritual Narsih dalam ritus baritan. 

Dikisahkan, ia pernah didatangi seorang petani muda yang terancam gagal panen. 

Dengan persyaratan sapu dari jerami, Narsih melakukan ritual baritan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan kesuburan.

"Pertunjukan ini tidak hanya menyuguhkan tarian tetapi juga membangun dialog dan suasana interaktif, memperlihatkan bahwa lengger adalah seni yang hidup dan menyatu dengan masyarakat," terang Aziz.

Pertunjukan semakin hidup dengan keterlibatan Sanggar Ngudi Luwesing Salira, sanggar asuhan Narsih yang mayoritas anggotanya adalah perempuan. 

Mereka membawakan iringan calung yang mempertegas nilai inklusivitas dan pemberdayaan perempuan dalam praktik berkesenian Narsih.

Baca juga: Aliansi Masyarakat Purbalingga Bersatu Aksi di Depan Pendopo, Apa yang Dituntut?

Pementasan ditutup dengan babak keempat, Tari Baladewan, yang dimainkan oleh putri Narsih, Wahyu Yunaeni. 

Tarian ini menjadi simbol penutup yang merepresentasikan ikhtiar manusia selalu diberkati dalam menjalani kehidupan.

Lewat pementasan ini, Narsih bukan hanya dikenang sebagai penari tetapi juga penjaga ritus, guru kehidupan, dan simbol keteguhan dalam merawat budaya. 

Di tengah arus modernisasi yang kerap mengikis tradisi, Memoar Lengger Narsih: Ritus Baritan, menjadi pengingat bahwa seni bukan hanya hiburan, tapi juga jejak hidup dan warisan yang layak dijaga. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved