Berita Cilacap

Fenomena Terminal Kroya Cilacap Sepi, Sopir Bus Pilih Cari Penumpang di Luar

fenomena beralihnya jalur pelayanan bus tersebut tidak hanya terjadi di Kroya tetapi juga di Terminal Karangpucung

Rayka Diah Setianingrum
Terminal Sepi - Kondisi Terminal Tipe C Kroya di Cilacap terlihat lengang tanpa aktivitas bus seperti hari-hari sebelumnya. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Suara terminal yang dulu ramai kini berubah menjadi ruang lengang dengan bangku penumpang kosong dan area keberangkatan tanpa aktivitas berarti.


Terminal Tipe C Kroya di Kabupaten Cilacap seakan kehilangan denyut transportasi, karena bus yang semestinya keluar masuk justru memilih jalur lain.


Alih-alih singgah di terminal, banyak armada bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) memilih mangkal di pinggir jalan untuk berburu penumpang.


Kepala UPT Terminal Dinas Perhubungan (Dishub) Cilacap, Masikhin Jafar, mengakui kondisi ini sudah terjadi cukup lama dan belum menemukan solusi efektif.


"Bus AKDP jarang mampir ke Terminal Kroya karena sepi penumpang, mereka lebih memilih mencari ruas jalan yang lebih ramai," ujar Jafar, Kamis (23/10/2025).


Ia menyebutkan, fenomena beralihnya jalur pelayanan bus tersebut tidak hanya terjadi di Kroya tetapi juga di Terminal Karangpucung.


Menurutnya, perubahan tren mobilitas penumpang turut dipicu kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi yang semakin diminati.


“Sekarang masyarakat banyak yang pesan kendaraan online karena dianggap lebih cepat dan praktis, akibatnya terminal makin ditinggalkan,” jelasnya.


Masikhin Jafar mengaku tantangan ini tidak hanya berdampak pada operasional pelayanan, tetapi juga memengaruhi sisi administrasi dan data angkutan.


Pendapatan terminal juga ikut anjlok karena mekanisme penerimaan resmi kini tidak lagi berasal dari retribusi terminal seperti sebelumnya.


Ia menjelaskan, sejak diberlakukannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sistem tarif terminal ikut berubah.


“Tahun ini sudah tidak ada retribusi terminal, pemasukan hanya dari sewa lahan, sewa kios, dan pemanfaatan aset, sehingga pendapatan terminal cenderung turun,” ungkap Jafar.


Minimnya sumber pemasukan membuat pengelolaan terminal kian berat, karena jumlah armada yang masuk juga semakin sedikit.


Perubahan regulasi tersebut membawa dampak lain pada struktur kewenangan Dishub dalam mengelola terminal di wilayah Cilacap.


Ia menyebutkan, terdapat dua UPT terminal yang kini tidak lagi berada di bawah naungan Dishub Kabupaten Cilacap.


“Terminal Sampang dan Terminal Wanareja sudah tidak kami kelola lagi setelah adanya penyesuaian regulasi,” katanya.


Saat ini, Dishub Cilacap hanya mengelola enam UPT Terminal, yaitu Terminal Kroya, Karangpucung, Adipala, Kawunganten, Majenang dan Sidareja.


Meski kondisi belum sepenuhnya membaik, pihaknya memastikan pembenahan di terminal tetap berjalan secara bertahap.


Tahun ini, Dishub mulai merevitalisasi Terminal Sidareja melalui rehabilitasi kios untuk memberi ruang usaha yang layak bagi pelaku ekonomi lokal.


Selain itu, Terminal Adipala juga mendapatkan perhatian melalui pembangunan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.


“Kami terus berupaya menata terminal agar kembali diminati masyarakat,” tegas Jafar.


Ia berharap langkah pembenahan ini dapat memulihkan fungsi terminal sebagai simpul transportasi yang aman dan nyaman.


“Harapan kami geliat terminal dapat hidup lagi dan perekonomian sekitar juga ikut bangkit,” tutupnya. (ray)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved