Berita Cilacap

Selamatkan Ribuan Telur Penyu, Kisah Perjuangan Relawan Nagaraja Cilacap Menjaga Laut Selatan

Di balik debur ombak Samudera Hindia, ada kisah panjang perjuangan warga Cilacap menjaga keberlangsungan penyu

Rayka Diah
Konservasi Penyu - Koordinator Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap memeriksa kondisi penyu yang dirawat di kolam penangkaran di tempat konservasi, sebelum dilepasliarkan ke laut, Minggu (5/10/2025). 


Melalui program Konservasi Mengajar, tim Nagaraja menyambangi sekolah-sekolah di pesisir selatan untuk mengenalkan pentingnya menjaga habitat penyu.


"Anak-anak nelayan kami edukasi. Harapannya, ketika orang tuanya menemukan telur penyu, mereka bisa mengingatkan agar diserahkan ke konservasi," terang Jumawan.


Program itu terbukti efektif.


Kini, masyarakat sekitar sudah terbiasa melapor setiap kali menemukan telur penyu.


Tingkat partisipasi masyarakat pun meningkat drastis.


Dari 2019 hingga 2025, tercatat lebih dari 7.000 telur penyu ditemukan dan diselamatkan, dengan sekitar 6.400 ekor tukik berhasil menetas.


Tak hanya warga lokal, kegiatan konservasi penyu di Cilacap juga menarik perhatian dunia.


"Sudah ada mahasiswa asing dari Inggris, Belanda, Jerman, bahkan Nigeria yang datang ke sini untuk penelitian," kata Jumawan.


Salah satunya, mahasiswa S2 dari Nigeria meneliti penetasan tukik dan mempresentasikan hasilnya di seminar internasional.


Menurut Jumawan, ada tiga metode penetasan yang dilakukan, yakni, semi alami terbuka, semi alami terlindung, dan metode menggunakan toples yang diadaptasi dari konservasi penyu di Bantul.


Masing-masing metode memiliki masa inkubasi berbeda, mulai dari 47 hingga 67 hari.


Meski tampak sederhana, proses konservasi membutuhkan ketelatenan dan biaya tinggi.


"Setiap hari kami harus memberi pakan dari kerang kupas, serta mengganti air laut di bak penampungan," ujarnya.


Tak jarang, para relawan menggunakan uang pribadi untuk membeli bahan bakar pompa air dan pakan tukik.


"Namun sekarang hasil evaluasi kita, ada yang lebih murah yaitu menggunakan udang rebon kering," kata Jumawan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved